REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Citra satelit baru menunjukan Korea Utara diduga menggunakan fasilitas untuk memproses senjata plutonium. Hal ini mengindikasi Korut akan lakukan uji nuklir baru.
Citra satelit menunjukan sumber panas keluar dari sebuah plant di kompleks nuklir utama Pyongyang, Yongbyon. Institut Korea-AS di Universitas John Hopkins mengatakan tanda ini konsisten pada pemeliharaan dan pengujian utama untuk memulai operasi.
Fasilitas tersebut digunakan untuk memproses ulang bahan bakar yang sudah digunakan dari reaktor lima megawatt di Yongbyon. Citra terakhir satelit mengindikasi reaktor sudah dimatikan dalam 10 minggu, lebih lama dari pemeliharaan rutin yang seharusnya.
Meski masih terlalu dini untuk menduga-duga, Institut mengatakan bukti menunjukan bahwa nonaktifnya reaktor memungkinkan pembersihan bahan bakar batang dalam jumlah terbatas untuk kembali diproses. Aktifitas truk dekat pintu kendaraan ke gedung untuk menghabiskan bahan bakar di kompleks reproses juga tersedia.
Analisis ini diduga menjadi ancaman baru dari Pyongyang pasca tuduhan pelanggaran hak asasi oleh Korut. Dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor berita Korut KCNA, Juru bicara kementerian luar negeri menolak resolusi tuduhan bahwa Korut melakukan kejahatan melawan kemanusiaan.
Ia menuduh AS mempermalukan Pyongyang di depan komunitas Internasional. "Serangan AS ini membuat kami tidak bisa lagi menunda uji nuklir baru," kata juru bicara, dikutip AFP, Kamis (20/11). Ia menambahkan, militer Pyongyang akan dikerahkan untuk mencegah AS ikut campur.