REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menkopolhukam, Laksamana (pur) Tedjo Edy Purdijatno, memaparkan bentrokan antara TNI VS Polri bermula dari adanya informasi penyelesaian hukum yang sepihak terkait dengan insiden bentrok kedua belah pihak pada September sebelumnya.
“Jadi di satu pihak ada yang diproses hukum. Sedangkan di pihak lain tidak,” imbuhnya, saat diwawancarai TV One, Kamis (20/11).
Lalu kemarin, Rabu (19/11), seorang prajurit TNI AD makan di sebuah warung makan di dekat markas Brimob Kepri. Dia kemudian berpandang-pandangan dengan personel Brimob disana. Kedua belah pihak hampir berseteru, namun kemudian dilerai provos Brimob.
Tidak terima, prajurit tersebut memanggil teman-temannya. Sekitar 30 orang datang ke markas brimob melakukan pengrusakan. Kendaraan bermotor dirusak disana. Kemudian Danrem datang meminta mereka pulang. Markas Brimob kemudian steril.
Masing-masing pasukan kembali ke markasnya. Tidak lama kemudian markas TNI disana ditembak. “Ada suara tembakan entah darimana dan siapa yang menembak tidak diketahui,” imbuhnya. Hal ini kemudian memancing amarah pasukan TNI AD disana.
Sekelompok dari mereka kemudian menjebol gudang senjata dan mengambilnya. Sementara kondisi markas Brimob sedang ada perundingan antara Danrem, Kasat Brimob, dan Wakil Gubernur Kepri.
Tak peduli dengan kondisi disana, prajurit TNI menembaki markas Brimob dengan acak. “Tidak terarah kepada orang, tapi secara acak,” imbuhnya. Terlihat markas Brimob di bagian tembok adanya bekas tembakan.
Tedjo menjelaskan, hal ini disebabkan kurangnya pembinaan dari masing-masing komandan satuan. Hal ini membuat pasukan disana kurang dibina dan lepas kontrol