Ahad 23 Nov 2014 13:40 WIB

Musim Hujan di Bali Mundur

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bayu Hermawan
Pengendara menembus hujan deras di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Rabu (2/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Pengendara menembus hujan deras di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Rabu (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR-- Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Bali menyatakan musim penghujan di Pulau Dewata mundur dari kondisi normalnya, sekitar 10-30 hari. Kepala BMKG Bali, Nyoman Gede Wiryajaya mengatakan saat ini sebagian wilayah Bali mulai masuk musim penghujan.

"Bali Tengah mulai masuk musim penghujan pertengahan November, kemudian meluaske wilayah lain, seperti Denpasar dan Bali Selatan diakhir November," ujar Wiryajaya dihubungi Republika, Ahad (23/11).

Wiryajaya menambahkan, Nusa Peninda dan Pesisir Utara Bali bagian barat akan menjadi yang terakhir mengalami musim penghukan, sekitar awal Desember. BMKG Bali sudah mengimbau masyarakat supaya lebih waspada, khususnya akan bencana rawan longsor.

Ia melanjutkan koordinasi juga sudah dilakukan bersama masyarakat melalui pemerintah daerah pada September lalu, ketika mengeluarkan prakiraan musim tahunan. Peralihan ke musim hujan ditandai dengan cuaca cerah yang singkat, diikuti petir dan angin kencang.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Panusunan Siregar mengatakan inflasi di Bali lebih dipengaruhi kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang akan melambungkan harga dan menggerus daya beli masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Angka kemiskinan di Bali juga diproyeksikannya meningkat.

Tingkat inflasi dari Pemerintah Provinsi Bali, kata Panusunan, mencapai 5,7 persen diakhir tahun, sedangkan inflasi Januari-Oktober 2014 sebelum kenaikan BBM sudah mencapai 4,39 persen. Artinya, dalam dua bulan ke depan range inflasi yang masuk dalam proyeksi pemerintah adalah 1,31 persen.

"Jika BBM dinaikkan, maka inflasi akan melebihi target di atas itu (5,7 persen)," ujar Panusunan.

Ditambah lagi, akhir Desember nanti akan ada momen Tahun Baru, juga Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pemda, kata Panusunan, harus bisa menjaga ketersediaan komoditas, khususnya sembako, dan mengoptimalkan program 'Kartu Sakti' berupa Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk menjaga daya beli masyarakat.

Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika meminta masyarakat Bali untuk memanfaatkan stok beras yang ada di Bulog. Hal ini guna menyikapi bencana akibat musim kering panjang dan memasuki musim penghujan di Bali.

Stok beras ini diberikan kepada Kepala Daerah untuk disalurkan pada saat terjadi penanggulangan bencana. Menurut Pastika, para kepala daerah di kabupaten dan kota di Bali memiliki stok beras mencapai 100 ton, sedangkan gubernur 200 ton.

"Masyarakat perlu memerhatikan hal ini, begitu juga kepala daerah. Jika stok beras di daerah tak mencukupi, maka bisa mengajukan ke gubernur," ujarnya.

Cara pengajuannya mulai dari kepala desa, kemudian camat. Camat mengajukan kepada bupati, lalu bupati meneruskannya ke gubernur. Beras bisa dikeluarkan sesuai keperluan, dan stok yang ada di Bulog tidak keluar sia-sia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement