REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Negara-negara yang terlibat dalam perundingan nuklir Iran pada Sabtu masih kesulitan menyelesaikan perbedaan krusial yang menyebabkan sengketa 12 tahun antara kedua pihak sehingga berpotensi akan kembali diperpanjang.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan jurang lebar masih belum terjembatani meski tenggat waktu perundingan tinggal dua hari lagi. Sementara seorang sumber dari Eropa mengatakan bahwa kemungkinan tercapainya kesepakatan pada 24 November masih sangat kecil.
Meski begitu, sejumlah utusan mengatakan bahwa jalan negosiasi, yang terus diperjuangkan selama lebih dari setahun, merupakan pilihan yang lebih baik dibanding resiko ketegangan baru.
Perundingan di Wina kali ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa nuklir antara Iran dengan negara-negara Barat dan menghilangkan setidaknya satu potensi sumber konflik dari Timur Tengah.
Perundingan tersebut diikuti oleh Iran di satu sisi dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina (atau juga dikenal sebagai P5+1) di sisi lain.
"Kemungkinan tercapainya kesepakatan pada 48 jam ke depan masih sangat kecil. Kami merasa mereka (para utusan Iran) tidak mempunyai banyak kewenangan untuk berunding," kata seorang sumber dari Eropa.
Sampai saat ini belum ada kemajuan berarti mengenai persoalan kapasitas pengayaan uranium yang dapat dimiliki Iran dan bagaimana mekanisme pencabutan sanksi yang selama ini menghambat kemajuan ekonomi Tehran.
Iran telah berulangkali membantah tuduhan yang mengatakan Tehran tengah mengembangkan senjata atomik. Dalam perundingan, Iran menolak permintaan mengurangi aktivitas pengayaan nuklir yang menurut pihak Barat dapat membuat Tehran mempunyai kemampuan mengumpulkan bahan material bom atom selama beberapa bulan saja.
Berkaitan dengan hal tersebut, Washington menuntut agar kapabilitas dikurangi sehingga butuh satu tahun bagi Iran untuk mencapai hal yang sama.
Persoalan lain yang masih menjadi ganjalan dalam perundingn adalah sanksi ekonomi. Iran meminta pencabutan dengan segera sementara Barat mengusulkan mekanisme berkala sesuai dengan kepatuhan Tehran terhadap kesepakatan akhir.