REPUBLIKA.CO.ID,
Dahlia dan rekan sesama guru honor di sekolah tersebut, termasuk sekolah swasta lainnya, tidak pernah tepat waktu menerima gaji honornya. Uang honor guru ini diambil dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"Jadi, menunggu gaji honor ini paling cepat tiga bulan. Kadang, tahun 2012 lalu sampai lima bulan nunggunya, tergantung dana BOS cair," kenang ibu berusia 29 tahun ini.
Menurut dia, bantuan tunjangan guru honor juga dapat dari pemerintah kota (pemkot) Bandar Lampung yang tergabung dalam persatuan guru honor nasional, sebesar Rp 100 ribu per bulan, itu pun dibayar rapel tiga bulan.
Penghasilan mengajar Rp 300 ribu dari dana BOS, ditambah Rp 100 ribu dari pemkot, hanya habis untuk ongkos angkutan kota (angkot).
Sekarang ini, ongkos angkot naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 4.000 karena harga bahan bakar minyak sudah naik. "Untuk ke sekolah saya harus naik dua kali angkot, jadi pergi-pulang empat kali angkot," ujarnya.
Ia berharap hasil tes sertifikasi yang telah dijalaninya beberapa bulan lalu, dapat mendongkrak kehidupan keluarganya.
Tunjangan sertifikasi guru honor ini, menjadi impian Siti Dahlia ke depan, karena tidak bisa mengandalkan gaji guru honor dari dana BOS mengajar saja, sementara kebutuhan dapurnya terbengkalai.
Sejak diterapkannya kurikulum 2013, ia mengatakan aktivitas guru semakin padat. Kondisi sempat ia keluhkan, karena masih miskin-nya fasilitas sekolah yang diberikan pemerintah untuk menjalankan program kurikulum 2013 tersebut.
"Menurut saya, kurikulum 2013 ini masih setengah dapat dilaksanakan, belum utuh baik guru, anak didik, dan fasilitas sekolah," jelasnya.