REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengecam keras aksi brutal aparat kepolisian terhadap mahasiswa di sebuah mushala di Pekanbaru, Riau, Selasa (25/11). Aksi tersebut buntut dari demonstrasi mahasiswa di depan Kantor RRI menolak kehadiran Presiden Joko Widodo.
Wakil Sekjen DPP PPP Ach Baidowi mengatakan, tindakan polisi mengamankan kedatangan RI 1 memang sudah sesuai ketentuan. Namun, dalam menjalankan tugas polisi harus mengedepankan langkah persuasif serta menghormati etika dan norma-norma umum. Karena itulah, pihaknya menyesalkan tindakan represif aparat kepolisian yang mengejar mahasiswa hingga ke mushala.
"Jika polisi sudah masuk ke tempat ibadah (mushala-Red), itu sudah di luar batas dan mengabaikan etika serta norma umum. Untuk masuk mushala tidak sembarangan, Presiden dan Kapolri pun harus mencopot sepatu untuk masuk ke musala," kata Ach Baidowi dalam siaran persnya.
Dia mengungkapkan, arogansi aparat tersebut telah menyinggung perasaan umat Islam. Politikus yang akrab disapa Awiek ini meminta petinggi kepolisian mengusut tuntas tindakan aparat di lapangan tersebut. "Kejadian ini jangan sampai terulang di kemudian hari, janganlah aparat menunjukkan arogansi yang bisa menyulut kemarahan umat Islam. Sebelum bertindak, pahami dulu kalau tempat ibadah itu areal yang suci, ada norma dan etika yang harus ditaati," tutur alumnus UIN Sunan Kalijaga ini.
Selanjutnya, PPP berencana mengirimkan surat keberatan kepada Kapolri terkait insiden di Pekanbaru tersebut. Saat ini, lanjut Awiek, PPP melakukan klarifikasi ke bawah melalui struktural partai untuk melengkapi bukti-bukti tindakan aparat kepolisian di lapangan.