REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PANJANG -- Menteri Penasehat Sosio Budaya Kerajaan Malaysia dan Presiden University Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM) Datuk Seri Utama Dr Rais Yatim Phd, mengunjungi Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatra Barat (Sumbar).
Kedatangan Datuk Seri Utama Dr Rais Yatim yang juga merupakan perantau Minang di Malaysia, ke ISI Padang Panjang merupakan bagian dari kerja sama perguruan tinggi seni itu dengan Pemerintah Malaysia yang merupakan daerah serumpun Melayu di Asia Tenggara.
Dia juga meminta kepada generasi muda agar selalu mencintai budaya yang ada di Indonesia termasuk Minang Kabau dengan selalu melestarikannya. Pada kunjungan tersebut, Datuk Seri Utama Dr Rais Yatim memberikan kuliah umum di hadapan Mahasiswa dan dosen di lingkungan ISI.
Pejabat tinggi kerajaan Malaysia itu juga memiliki satu permintaan yang cukup unik kepada Rektor ISI Padang Panjang, Prof Novesar Jamarun untuk menyiapkan makanan khas Minangkabau, sebagai pelepas kerinduannya terhadap budaya Minang Kabau.
Rektor ISI Padang Panjang Prof Novesar Jamarun menyebutkan, melalui kunjungan Menteri Penasehat Sosio Budaya Kerajaan Malaysia yang juga Presiden UIAM itu, diharapkan adanya kerja sama kedua negara antara Indonesia dan Malaysia.
"Kami mengharapkan adanya kerja sama dalam penggalian dan penanaman budaya melayu sebagai salah satu warisan leluhur yang sempat berjawa dan menyatukan masyarakat di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara dapat ditingkatkan lagi," ujarnya.
Dia mengatakan, ISI Padang Panjang sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan kesenian dan kebudayaan Melayu kepada generasi penerus akan terus berperan aktif dalam melestarikan kebudayaan Melayu sebagai warisan dari lelulur.
Salah satu peran aktif dari ISI Padang Panjang adalah ISI telah memprakarsai Festival Budaya Melayu se-Asia Tenggara.
"Festival Budaya Melayu se-Asia Tenggara menyelenggarakan beberapa rangkaian kegiatan berupa, seminar, penampilan kesenian Melayu, pemutaran film, pameran artefak dan benda-benda peninggalan yang berasal dari kerajaan-kerajaan Melayu yang berada di Indonesia, Malaysia, Filipina dan daerah di Afrika," kata Novesar.
Dia berharap dengan telah adanya kerja sama tersebut akan ada terobosan-terobosan penting dalam pelestarian budaya Melayu sebagai salah satu warisan budaya dunia.