Selasa 09 Dec 2014 16:14 WIB
Atribut Natal

Karyawan Muslim Pakai Atribut Natal, MUI: Itu Budaya Barat

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Bayu Hermawan
 Pekerja sebuah restoran cepat saji di Banten, Ahad (7/12), mengenakan atribut Natal berupa tanduk rusa sebagai bagian seragamnya.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pekerja sebuah restoran cepat saji di Banten, Ahad (7/12), mengenakan atribut Natal berupa tanduk rusa sebagai bagian seragamnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jendral MUI Natsir Zubaidi mengecam adanya pembolehan pemakaian atribut natal bagi karyawan muslim. Karena hal itu tidak sesuai dengan fiqih dan agama Islam.

Tidak hanya melanggar perintah agama,  pemakaian atribut Natal bagi karyawan muslim menurutnya juga tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

Justru mengikuti budaya negara barat yakni, Eropa dan Amerika. Sehingga bagi para kantor dan majikan yang memerintahkan karyawannya untuk memakai atribut Natal adalah tindakan menjiplak budaya lain.

"Tidak sesuai dengan budaya bangsa, jangan menirulah jangan duplikat," tegasnya kepada Republika, Selasa (9/12).

Ia melanjutkan, Indonesia sangat kental akan budaya timur dan mayoritas masyarakatnya adalah agama Islam. Jadi seharusnya kata Natsir, tidak perlu adanya tradisi pemakaian atribut Natal bagi karyawan muslim.

Terlebih tradisi ini juga menurutnya sudah mulai kuno dan ditinggalkan. Bahkan di negara-negara barat sekalipun. Seperti, Norwegia, Swedia dan Denmark. Hanya para aktivis gereja dan umat kristiani lainnya yang memakai atribut Natal seperti, pakaian sinterklause dan lainnya menjelang perayaan hari keagamaannya.

"Tapi, kenapa justru Indonesia menerapkan tradisi tersebut. Itu kan budaya eropa dan dinegeri mereka saya pernah di Norway,Swedia,dan Denmark saja tak ada kewajiban karyawan untuk memakai pakaian santaclaus! Yang pakai hanya orang-orang aktivis gereja saja kok di Indonesia latah dan hanya suka menjiplak," jelas dia.

Karena itu, seharusnya kantor dan majikan di Indonesia tidak seharusnya memerintahkan para karyawan muslim untuk memakai atribut natal dan tidak menjadi orang-orang yang hanya bisa menduplikasi budaya lain.

Tak ayal, Natsir pun mengaku tidak habis pikir dengan pernyataan Ditjen Bimas Islam yang memperbolehkan karyawan muslim memakai atribut natal. Sebab hal itu merupakan tradisi budaya barat dan bukan budaya lokal Indonesia.

"Itu jadi sekarang, masyarakat indo memakai budaya Eropa dan amerika Dari makanan, baju bahkan atribut yang tidak sesuai dengan fiqih dan agama," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement