REPUBLIKA.CO.ID,
SUKABUMI -- Kebijakan untuk menghentikan penerapan kurikulum 2013 disambut positif sejumlah guru di Kota Sukabumi. Pasalnya, mereka menilai penerapan kurikulum 2013 terlalu memberatkan para guru dan belum didukung sarana yang memadai.
"Kurikulum 2013 jelas memberatkan para guru," ujar salah seorang guru di SD Negeri Brawijaya, Kota Sukabumi Juwita kepada Republika yang diamini sejumlah guru lainnya, Selasa (9/12). Hal ini dikarenakan aspek penilaian yang harus dilakukan para guru terhadap murid terlalu banyak.
Dicontohkan dia, aspek sikap sosial misalnya ada sejumlah item yang harus dilakukan penilaian terhadap murid. Sementara jumlah murid yang harus diberikan penilaian cukup banyak mencapai 40 orang lebih. Penilaian tersebut harus dilakukan setiap hari untuk berbagai aspek.
Selain penilaian yang memberatkan guru lanjut Juwita, sarana dan prasarana pendukung belum memadai. Ia mencontohkan buku untuk pendukung tema satu terlambat dibagikan kepada sekolah.
"Buku tema satu itu baru dibagikan ketika sudah masuk tema ke empat," terang dia. Kondisi ini jelas menghambat proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Hingga kini, sekolah belum mendapatkan surat edaran dari Dinas Pendidikan (Disdik) terkait penghentian kurikulum 2013 dan kembali menerapkan kurikulum 2006. Namun, para guru sudah mendapatkan informasi penghentian penerapan kurikulum dari pemberitaan di media massa dan selebaran dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Menurut Juwita, SDN Brawijaya baru menerapkan kurikulum 2013 selama satu semester. Namun, hanya ada empat kelas yang sudah menerapkannya yakni kelas 1, 2, 4, dan 5. Sementara kelas 3 dan 6 masih menerapkan kurikulum 2006 atau biasa dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).