REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sebanyak 171 desa yang tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menggelar pemilihan kepala desa (pilkades) serentak, Rabu (10/12). Berbagai hal unik pun mewarnai pelaksanaan pesta demokrasi di desa tersebut.
Warna-warni dalam pilkades itu semakin terasa pada Selasa (9/12) malam. Berdasarkan pantauan Republika di Kecamatan Juntinyuat, rumah para calon kepala desa yang akan bertarung dipadati para pendukung dan simpatisannya masing-masing.
Ada yang menggelar pengajian, nonton televisi bareng, atau hanya sekedar duduk-duduk lesehan. Sejumlah tenda besar layaknya pesta hajatan pun dipasang sang tuan rumah. Tak hanya itu, tuan rumah juga menyediakan makanan dan minuman sebanyak ratusan hingga seribuan porsi untuk menjamu para tamu yang datang. Tak sedikit di antara mereka yang kemudian mengadakan melekan hingga pagi menjelang.
Selain diwarnai hiruk pikuk para tamu yang datang, suasana rumah calon kepala desa juga diselimuti aroma kemenyan. Unsur mistis memang menjadi salah satu upaya yang dilakukan calon kepala desa untuk memenangkan pertarungan.
Suasana pertarungan terasa semakin memanas saat Rabu (10/12) pagi. Dengan diantar ribuan pendukungnya masing-masing, para calon kepala desa berjalan dari rumahnya masing-masing menuju balai desa yang dijadikan tempat pemungutan suara. Tak hanya di Kecamatan Juntinyuat, kondisi serupa juga terjadi di kecamatan-kecamatan lain.
Selain kemenyan, unsur mistis lain juga terasa dengan hadirnya penasehat spiritual yang mendampingi para calon kepala desa. Penasehat spiritual itu duduk persis dibelakang calon kepala desa saat pemilihan berlangsung. Kehadiran mereka diyakini mampu memberikan dorongan mistis agar calon kepala desa disukai oleh pemilih.
’’Ya itu sih percaya atau tidak percaya, tapi para calon kepala desa melakukannya,’’ tutur seorang warga Desa Tegalsembadra, Kecamatan Balongan, Khaerudin (39). Desa Tegalsembadra merupakan salah satu desa yang menggelar pilkades serentak.
Tak hanya itu, pilkades serentak juga diwarnai oleh kehadiran pawang hujan yang disewa oleh panitia lokal pilkades. Pasalnya, pilkades berlangsung di musim hujan.
’’Kami khawatir kalau hujan turun, pemilih jadi enggan datang ke balai desa untuk memberikan hak suaranya,’’ tutur salah seorang panitia pilkades di Desa Sukaurip, Kecamatan Balongan, Rais.
Berdasarkan pantauan, partisipasi masyarakat untuk memilih calon kepala desa mereka cukup tinggi. Mereka pun rela antri berjam-jam untuk memberikan suaranya. Bahkan, mereka juga rela tidak pergi ke sawah. ’’Saya antre sampai empat jam. Tapi saya rela asalkan bisa ikut memilih,’’ tutur seorang warga Kecamatan Sliyeg, Anis.
Seorang anggota DPRD Kabupaten Indramayu, Achmad Mujani Nur mengatakan, dari hasil pemantauannya, tingkat partisipasi masyarakat memang cukup tinggi. Jumlah itu bahkan lebih tinggi dibandingkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pilpres dan pileg.
’’Para calon kepala desa memiliki hubungan emosional yang dekat dengan masyarakatnya. Rata-rata partisipasi pemilih sekitar diatas 80 persen,’’ tandas Achmad.