REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim, Tuty Alawiyah menilai Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan berlebihan. Menurutnya, wacana perevisian tata tertib doa di sekolah oleh Mendikbud tidak tepat.
"Terlalu berlebihan," ujar Tuty saat dihubungi Republika Online pada Rabu (10/12). Menurutnya, Anies terlalu jauh mengatur masyarakat terutama masalah doa di sekolah.
Tuty mengungkapkan, berdoa secara Islam sudah dilakukan masyarakat Indonesia sedari dahulu. Bahkan, tata cara ini sudah dialami dan dilakukan Tuty secara pribadi sedari kecil. Menurutnya, wacana pengaturan tersebut merupakan pertama kalinya di pemerintahan Indonesia.
Tuty menjelaskan, Indonesia itu memiliki masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Tuty mengira hal ini menjadi yang wajar jika segala hal dilakukan secara Islam. "Termasuk saat berdoa," katanya.
Menurutnya, pemerintah akan dianggap adil jika menerapkan segala sesuatu beradasarkan mayoritas yang ada di Indonesia. Dalam hal ini, kata Tuty, agama Islamlah yang memegang kendali di Indonesia.
Seperti diketahui, Mendikbud dilaporkan sedang membuat peraturan tatib kegiatan belajar di sekolah. Peraturan tersebut juga akan merevisi proses membuka dan menutup belajar dalam hal cara berdoa.
Cara berdoa ini direvisi merupakan respon dari keluhan kaum minoritas. Menurut mereka, cara berdoa dengan merujuk pada suatu agama tidak tepat. Bahkan, mereka mengira seolah-olah sekolah sedang mempromosikan agama tersebut.
Mendengar situasi tersebut, Mendikbud pun melakukan suatu tindakan untuk meninjau ulang kondisi itu. Ia mengaku perevisian doa itu masih menjadi wacana. Untuk masalah bentuk doa, Anies mengaku akan mendiskusikan kembali dengan pihak Kementerian Agama (Kemenag).