REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Save the Children, sebuah organisasi non-profit dunia, mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dalam mewujudkan persamaan hak dan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Caranya melalui program Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) juga pelayanan di Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa.
Menurut data dari Tim Nasional Percepatan Panggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2011, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 18 ribu anak. Di tahun yang sama, pemerintah Indonesia pun telah mengesahkan UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities (UNCRPD) atau Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas dengan undang-undang Nomor 19 Tahun 2011, sebagai salah satu usaha untuk menjamin persamaan hak untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Namun, sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang memiliki stigma tertentu terhadap anak berkebutuhan khusus. Akibatnya, diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus tetap terjadi. Sehingga orang tua enggan ataupun malu untuk membawa anaknya ke pusat layanan kesehatan, rehabilitasi, maupun sekolah. Hal ini menyebabkan fenomena anak dengan disabilitas terkunci di dalam keluarga.
Dengan kondisi yang demikian, Save the Children, dengan dukungan dari IKEA Foundation, berinisiatif untuk memfasilitasi program untuk anak berkebutuhan khusus berbasis keluarga (Family-based Care for Indonesia Children with Disabilities), melalui kegiatan RBM atau Community-based Rehabilitation (CBR). Save the Children, telah menjalankan program ini sampai dengan akhir Oktober 2014 di enam kabupaten atau kota di sekitar Bandung, Jawa Barat. Hingga saat ini, Save the Children telah mendirikan sebanyak 184 RBM dengan dukungan dari 312 kader (volunteers) untuk memfasilitasi 2.853 anak berkebutuhan khusus.
“Tujuan dari program ini adalah pada tahun 2015, semua anak dengan disabilitas dan keluarganya di Indonesia, khususnya di target area project, mendapatkan haknya melalui akses rehabilitasi berbasis masyarakat, dukungan masyarakat, dan pendidikan yang berkualitas,” ujar Project Manager Save the Children, Wiwied Trisnadi dalam siaran pers yang diterima ROL, Rabu (11/12).
Ia menambahkan melalui kegiatan berbasis masyarakat ini, orang tua anak disabilitas dapat lebih percaya diri dan diterima oleh lingkungannya. Hal ini dilakukan pihaknya dengan semangat mendukung Hari Penyandang Cacat Dunia yang jatuh pada tanggal 3 Desember lalu.