Kamis 11 Dec 2014 18:45 WIB

Alwi Sihab: Hukum Ucapkan ‘Selamat Natal’ Ada Dua Pendapat

Rep: c03/ Red: Bilal Ramadhan
Alwi Shihab
Foto: Antara
Alwi Shihab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ucapan ‘selamat natal’ menuai pro kontra dikalangan umat muslim akhir-akhri ini. Setiap kali natal tiba, selalu muncul pertanyaan, bolehkah umat muslim mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani?

Mantan Mentri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu, Alwi Shihab memberikan penjelasan terkait hal ini. Dalam akun twitternya @ShihabAlwi ia menjelaskan dalam menyikapi ucapan selamat natal, bagi umat Islam terdapat dua pendapat.

Di antaranya kata Alwi, sebagian ada yang membolehkan dan sebagian lagi ada yang mengharamkan. “Pendapat pertama didasarkan pada Al-Qur;an Surah Maryam ayat 33, yang merekam ungkapan Isa Al Masih,” kata Alwi seperti ditulis dalam akunnya Rabu (10/12) malam.

Dalam surat Maryam ayat 33 yang artinya “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

Lebih lanjut alumi Universitas Al Azhar Kairo itu menjelaskan pendapat kedua yakni pendapat yang digawangi oleh Ibnu Taymiyah yang saat itu terjadi perang salib. Ibnu Taymiah memberikan fatwa agar umat Islam tidak melibatkan diri dalam setiap kegiatan keagamaan umat nasrani.

Menurut Alwi, hal ini bertujuan agar umat Islam tetap menjaga kemurnian agama Islam. Dari kedua pendapat tersebut menurut Alwi, kembali lagi kepada masig-masing individu umat muslim itu sendiri untuk memilihnya.

“Hanya saja bagi yang memilih pendapat pertama, niat adalah yang menentukan, untuk tidak terjebak dalam pengakuan atas ketuahanan Isa Al Masih,” katanya.

Ia menilai dalam konteks Indonesia yang mengedepankan kehidupan harmonis dalam hubungan beragama dan persaudaraan sebangsa dan setana air maka ia menilai pandangan pertama yakni membenarkan ucapan selamat natal merupakan pilihan yang baik.

“Yang barangkali kita lupakan adalah ukuwah insaniyah. Persaudaraan antar manusia. tanpa mengenal agama, suku, warna kulit,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement