Senin 15 Dec 2014 04:07 WIB

Cegah Macet, Tata Ulang Ruang Jakarta Diperlukan

Rep: C96/ Red: Indira Rezkisari
Kendaraan terjebak kemacetan di Jl. KH Abdullah Syafei, Jakarta Timur, Jumat (12/9).(Republika/Edwin Dwi Putranto)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Kendaraan terjebak kemacetan di Jl. KH Abdullah Syafei, Jakarta Timur, Jumat (12/9).(Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Transportasi publik di Jakarta dan sekitarnya tidak terintegrasi baik dengan pusat pemukiman warga lantaran tata ruang Ibu Kota Jakarta semrawut. Hal ini lah yang membuat Jakarta mengalami kemacetan yang akut setiap harinya.

"Pemukiman harus terintegrasi dengan transportasi publik," ujar pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga, Ahad (14/12). Ia mengatakan, di setiap pemukiman warga harus ada fasilitas transportasi publik untuk hilir mudik warga.

Sebab, menurut Nirwono, warga tidak akan menggunakan kendaraan pribadi jika fasilitas transportasi publik benar-benar disediakan oleh pemerintah. Apalagi, kata dia, jika transportasi publik yang disediakan berbasis rel yang memiliki kepastian waktu dapat dibangun dengan baik di Jakarta, warga pasti akan menggunakannya.

Nirwono menuturkan, transportasi publik di Jakarta sangat buruk karena kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan pelaku bisnis properti. "Pengembang besar membangun properti, pemerintah harus menyediakan transportasi publiknya," katanya menyarankan.

Lebih lanjut, Nirwono menambahkan, Pemprov DKI Jakarta harus berani menata ulang tata ruangnya agar sistem transportasinya menjadi lebih baik. Sebab, kata dia, jika tata ruang Jakarta tidak ditata ulang, Jakarta mustahil lepas dari kemacetan yang parah.

Kini, Nirwono menerangkan, masih banyak warga yang menggunakan kendaraan pribadi. Itu karena dari pemukiman warga di beberapa wilayah di Jakarta masih banyak yang belum terintegrasi oleh transportasi publik.

"Mau tidak mau, sekarang harus direncanakan ulang tata ruangnya," kata Nirwono.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement