Senin 15 Dec 2014 15:21 WIB

Ini Penjelasan Terkait Bendera Hitam di Lokasi Penyanderaan Sydney

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Polisi bersiap menjaga sebuah kafe tempat sekitar 40 warga disandera di Sydney, Australia
Foto: reuters
Polisi bersiap menjaga sebuah kafe tempat sekitar 40 warga disandera di Sydney, Australia

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY-- Spekulasi yang berkembang terkait bendera yang dipegang sandera di Sydney, berkaitan dengan lambang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Meski sepintas mirip, namun ternyata bendera tersebut berbeda dengan bendera hitam yang selama ini sangat identik dengan ISIS.

ABC News Australia melaporkan, bendera tampak seperti apa yang dikenal dengan Black Standar, yakni bendera hitam yang banyak digunakan oleh ekstremis dan militan Islam. Penampilan bendera sepintas mirip dengan yang dimiliki kelompok ISIS. Kontan gembar-gembor bendera hitam ISIS di lokasi penyanderaan pun meruak.

Namun ternyata bendera yang ditampilkan di kafe Lindt berbeda dengan yang digunakan ISIS. James Brown dari Lowy Institute mengatakan, yang pasti saat ini adalah kejahatan tengah dilakukan seseorang yang terlibat dan ingin menunjukkan adanya hubungan dengan Islam.

Bendera Hitam Standar atau Black Standar berasal dari awal-awal perkembangan Islam. Sejak saat itu bendera hitam bertuliskan kalimat Syahadat kerap digunakan oleh sejumlah organisasi Islam maupun pemerintah.

Kalimat Syahadat sendiri kerap ditemukan dalam berbagai bendera Islam, termasuk dari negara-negara seperti Arab Saudi. Namun belakangan bendera hitam bertuliskan Syahadat erat dengan kelompok Islam garis keras.

Front al-Nusra atau dikenal dengan Alqaidah Irak menggunakan bendera dengan Syadat tertulis di atasnya, diikuti nama grup pada baris tambahan. Organisasi Hizbut Tahrir juga menggunakan bendera hitam dengan tulisan Syahadat di atasnya. Hizbut Tahrir sendiri tak dilarang di Australia, tapi selama ini mereka dituduh memiliki hubungan dengan organisasi teroris.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement