REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalimantan Timur Azmal Ridwan mengatakan prospek agribisnis perkebunan kelapa sawit di daerah ini masih Terbuka.
"Terkait sawit, banyak pengamat mengatakan Sumatera Utara, Jambi, Riau dan Sumatera Barat serta Sumatera Selatan adalah masa lalu. Bicara prospek perkebunan sawit hari ini dan masa datang, maka jawabannya adalah Kaltim," katanya di Balikpapan, Minggu (22/12).
Ia mengatakan sektor perkebunan kelapa sawit tercatat menjadi salah satu pilar ekonomi nasional. Saat krisis moneter hingga krisis ekonomi global melanda dunia termasuk Indonesia, sektor perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu sektor usaha yang mampu bertahan hingga kini.
Suistainability-nya, menurut dia, juga tidak perlu diragukan, mulai 1911 sejak dimulainya usaha perkebunan sawit di Sumatera Utara, terbukti masih bisa bertahan.
"Sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Jika rata-rata satu keluarga punya anggota keluarga satu istri dan dua anak, maka tidak kurang 16 juta jiwa yang menggantungkan kehidupan pada bisnis perkebunan kelapa sawit ini," katanya.
Untuk keberlangsungan usaha di sektor perkebunan kelapa sawit, Azmal berharap pemerintah dapat memberi perhatian terutama terkait regulasi sektor sawit yang sering berubah, demikian pula terkait proses perizinan dan biayanya.
"Terkadang ada ketidaksinkronan kebijakan antarinstansi terkait dan itu menyulitkan kami," katanya.
Sementara itu Wakil Gubernur Kaltim H Mukmin Faisyal mengatakan, prospek usaha dan tantangan di era pemerintah baru tentu ada. Gapki perlu mencermati dan melakukan langkah-langkah antisipasi agar usaha terus berjalan berkesinambungan, menguntungkan pengusaha tetapi juga memberi dampak luas bagi kesejahteraan masyarakat.
"Prospek dan potensi agribisnis sawit masih sangat baik, terlebih jika ditinjau dari sisi pengembangan produk," kata Mukmin.
Menurut dia Gapki harus tetap optimis, sebab pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, peningkatan produktifitas serta semakin berkembangnya industri hilir.
"Kita juga mulai menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Maloy, Kutai Timur yang meliputi tiga zona, yaitu areal pelabuhan, areal komersil, areal industri dan perkantoran," kata Mukmin.
Pemprov Kaltim, kata dia, dalam pengembangan ke depan akan terus berusaha menumbuhkembangkan usaha perkebunan kelapa sawit dengan sasaran memacu aktivitas ekonomi di pedesaan, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Karena itu upaya pengembangan industri pengolahan crode pal oil (CPO) dan produk turunannya harus kita dorong, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah," katanya.
Hal itu, menurut Mukmin, penting karena tantangan ke depan sangat berat menyusul diberlakukannya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, yang menuntut semua pelaku usaha lebih professional dan mempunyai daya saiang yang kuat di pasar global, katanya.