REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta memproyeksikan ekspor mebel pada 2015 akan mampu tumbuh 10 persen.
"Dibanding 2014 akan mampu tumbuh 10 persen atau mencapai 400 juta dolar AS seiring dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS)," kata Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) DIY, Endro Wardoyo di Yogyakarta, Senin (22/12).
Meski demikian, menurut dia, kenaikan ekspor tersebut sebagian beasar masih dinikmati oleh eksportir atau pelaku usaha mebel menengah ke atas. Sementara sektor usaha kecil menengah (UKM) rata-rata belum banyak terpengaruh gejolak perekonomian di AS.
Oleh sebab itu, Endro berharap Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) dapat memaksimalkan promosi produk furnitur sehingga mampu mencakup sebagian besar sektor UKM.
"Pelaku UKM harus didorong untuk mempromosikan produknya di pasar internasional," kata dia.
Sementara itu, ia mengatakan, kenaikan ekspor tersebut, dapat secara maksimal tercapai apabila pemerintah mampu mendukung sektor permodalan sehingga muncul eksportir baru, mampu menjamin ketercukupan bahan baku mebel atau kerajinan, serta mewujudkan berbagai infrastruktur perekonomian.
Menurut Endro, selain berbagai dukungan dari pemerintah, pada 2015 para perajin juga akan menghadapi persaingan desain kerajinan. Sehingga, kata dia, inovasi desain keerajinan perlu terus dimunculkan oleh para perajin.
"Kalau inovasi para perajin mandeg, daya saing akan mati dibanding negara-negara lain seperti Tiongkok," kata dia.
Meskipun pasar AS mulai mengalami pemilihan, menurut dia, diversifikasi atau perluasan pasar sebagai tujuan ekspor 2015 tetap harus dilakukan. Perluasan pasar ekspor itu misalnya India, Tiongkok, Mesir, Dubai, serta Brazil.