REPUBLIKA.CO.ID, LUBUK BASUNG -- Sekitar 10 ton jenis nila dan mas milik petani keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), mati mendadak akibat angin kencang, Ahad (28/12).
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Agam, Ermanto di Lubuk Basung, Senin, mengatakan ikan mati yang mendadak ini tersebar di Nagari Bayu dan Maninjau dengan jumlah 15 petak dari 18.000 petak keramba jaring apung dengan ukuran 5X5 meter.
"Ini informasi yang diperoleh dari penyuluh perikanan di Kecamatan Tanjung Raya, kemungkinan jumlah ini bertambah," ujarnya. Ikan yang mati ini, tambah dia, sudah siap panen dengan berat empat ons per ekor.
Dengan kejadian ini, petani mengalami kerugian sekitar Rp 290 juta, karena harga ikan di tingkat petani Rp 29.000.
Ia menambahkan ikan ini mati disebabkan oleh angin kencang yang melanda daerah itu sejak Sabtu (27/12), sehingga terjadi pembalikan air ke permukaan. Dengan kondisi ini, oksigen berkurang dan ikan menjadi mati.
Untuk mengatasi kerugian cukup besar, petani diimbau untuk panen dini dan mengurangi tebar benih. "Ini harus dilakukan petani agar ikan tidak mati dan mereka tidak mengalami kerugian cukup besar," katanya.
Sebelumnya, DKP Agam telah memberikan surat edaran agar petani mengurangi penebaran benih pada Oktober sampai Januari 2015. Salah seorang petani di Bayua, Asrul (51), menambahkan ikan mati tiba-tiba setelah angin kencang.
Saat ini, pihaknya telah memanen dini ikan yang tersisa, karena tidak ingin mengalami kerugian cukup besar. "Ikan saya mati sekitar dua ton dan saya tidak menginginkan semua ikan mati," ujarnya.