REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akibat cuaca buruk, Badan SAR Nasional (Basarnas) tidak bisa mengambil satu Jenazah yang di duga korban hilangnya pesawat AirAsia QZ8501. Jenazah tersebut tidak bisa diangkut oleh heli karena angin kencang dan gelombang tinggi.

"Mengapa satu jenazah yang tadinya dua hanya bisa dibawa satu saja dari KRI, itu karena pesawat heli kita tidak bisa mendarat di kapal, sehingga satu jenazah harus tertahan disana," kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Sulistyo, di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis (1/1).

Sulistiyo mengatakan, bahwa pengambilan Jenazah dari KRI Yos Sudarso harus ditarik dengan tali karena heli tidak bisa mendarat dikapal.

"Helikopter kita tidak bisa mendarat di kapal, sehingga jenazah saudara kita itu harus kita bawa dengan tali menggunakan helikopter," katanya.

Setelah berhasil mengambil satu Jenazah, Heli kemudian tak bisa kembali untuk mengambil jenazah yang kedua karena cuaca buruk menghadang. Sulistyo mengatakan, satu jenazah di KRI Yos Sudarso tersebut berjenis kelamin perempuan.

"Akhirnya, malam ini dengan sangat menyesal kita tidak bisa membawa jenazah satu lagi," Kata Sulistyo.

Menurut data BMKG, Sulistiyo juga mengatakan bahwa hingga tiga hari kedepan, tim pencari juga akan terus dihadang cuaca buruk ini. Ia mengatakan tim terus menghitung dan memetakan strategi agar pencarian tetap bisa dilakukan.

"Hingga tanggal empat kita akan dihadang oleh cuaca ekstrim, dengan ketinggian gelombang mecapai tiga hingga empat meter," katanya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika