Kamis 01 Jan 2015 22:26 WIB

Pilot Senior: Laporan Cuaca Sangat Penting dalam Penerbangan

Rep: c82/ Red: Israr Itah
Pesawat Air Asia kode penerbangan QZ 8501.
Foto: Indianexpress
Pesawat Air Asia kode penerbangan QZ 8501.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilot senior Sriwijaya Air Kapten Prasetyo Kumolo menyatakan laporan cuaca sangat penting dalam penerbangan. Ini merupakan bagian dari prosedur keamanan yang mesti dilengkapi sebelum pesawat terbang.

Ia menjelaskan sebelum terbang, para pilot diharuskan ke Flops (Flight Operation Office) yang wajib dimiliki setiap maskapai di setiap stasiun tempat mereka beroperasi. Di sana, para pilot harus mengurus perihal administrasi, seperti absensi dan mengecek komposisi kru.

Selain itu, pilot juga diberikan arahan mengenai data seperti flight plan (seperti rute, bandara alternatif, dan kalkulasi bahan bakar) dan notam (notice to air man) yang berisi keterangan atau keadaan terakhir bandara atau keterangan kondisi alat navigasi darat, serta laporan cuaca.

"Laporan cuaca di Flops disampaikan oleh FOO atau flight operations officer, meliputi laporan cuaca terkini juga yang akan datang. Laporan itu harus ada dan valid," kata Prasetyo kepada ROL, Kamis (1/1).

Prasetyo mengatakan laporan cuaca tersebut sangat penting untuk proses take off, saat berada di udara, maupun saat mendarat. Lembar meteorologi yang diterima pilot tersebut berisi metar, tafor, upper wind (arah dan kecepatan angin di ketinggian yang akan diterbangi), upper temperature (temperatur di ketinggian) dan gambar satelite pada jam tertentu.

"Metar atau meteorology report adalah laporan cuaca terkini berlaku hanya 30 menit ke depan untuk tiap airport. Sedangkan tafor atau tabular forecast adalah laporan perkiraan cuaca untuk enam sampai dengan 12 jam kedepan untuk masing-masing airport," jelasnya.

Untuk metar, lanjut Prasetyo, dikeluarkan oleh BMKG bandara setempat, sedangkan tafor dikeluarkan oleh BMKG stasiun besar seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Medan.

Prasetyo mengatakan, pada saat perjalanan, tafor sangat diperlukan untuk menentukan jumlah bahan bakar yang dibawa. Bahan bakar tersebut akan disesuaikan dengan perkiraan cuaca yang sesuai dengan estimasi kedatangan (ETA).

"Kalau ETA sesuai tafor hujan, saya biasanya nambah fuel atau delay departure. Mendekati bandara tujuan radius 30 menit sebelum arrival saya dapat metar.  Sama dengan bandara keberangkatan, saya perlu arah atau kecepatan angin, temperatur, tekanan udara dan kalau hujan atau ada asap saya perlu horizontal visibility," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement