REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkaca dari kondisi ekonomi global dan domestik, Indonesia diproyeksikan menghadapi sejumlah tantangan pada 2015. Utamanya dalam mengelola ekspektasi masyrakat dan pasar.
Direktur Megawati Institut yang juga anggota DPR komisi XI periode 2009-2015 Arif Budimanta menerangkan, kebijakan pembangunan, fiskal dan moneter harus diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan. Termasuk juga pengangguran, defisit perdagangan, keseimbangan primer dan neraca berjalan.
Karenanya, diperlukan instrumen yang dapat mengukur capaian seluruh target pembangunan yang telah ditetapkan agar tepat guna dan tepat sasaran. "Target dan capaian harus diumumkan kepada publik secara terbuka setiap triwulan," katanya.
Di samping itu, kebijakan fiskal yang ekspansif harus diikuti dengan politik anggaran dan desentralisasi fiskal yang memihak kepada kelompok marginal di daerah pinggiran. Pengelolaan inflasi, khususnya yang bersumber dari bahan makanan, juga harus dapat dikendalikan di bawah inflasi umum. Selanjutnya, perbaikan dari sisi suplai dan distribusi pun harus dilakukan secara sistematis.
Pengelolaan lalu lintas devisa, lanjut dia, harus dapat dikelola dengan dasar mengutamakan kepentingan dan daya tahan nasional. Terlebih, situasi ekonomi global di mana terjadi penguatan ekonomi Amerika Serikat, pelemahan pertumbuhan ekonomi Cina dan pelemahan harga migas harus dijadikan titik balik bagi kebangkitan industri manufaktur nasional.