Senin 05 Jan 2015 17:27 WIB

Politisi PAN: Timses Jangan Tonjolkan Kebencian

Rusli Halim Fadli, ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Penegak Amanat Reformasi Rakyat (PARRA)
Foto: dok
Rusli Halim Fadli, ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Penegak Amanat Reformasi Rakyat (PARRA)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) IV bakal digelar pada Maret mendatang. Namun, suhu politik di internal tubuh partai berlambang matahari itu sudah mulai memanas.

Wasekjen PAN Rusli Halim Fadli mengatakan, setidaknya ada tiga agenda utama yang akan dibahas dalam kongres tersebut, yakni evaluasi kebijakan politik PAN selama lima tahun ke belakang, rencana agenda lima tahun kedepan dan pemilihan ketua umum DPP PAN.

Menurut Rusli, Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan menjadi calon kuat ketua umum DPP PAN periode 2015-2020. Hatta merupakan ketua umum DPP PAN periode 2010-2015, sedangkan Zulkifli Hasan adalah mantan menteri kehutanan yang saat ini menjabat ketua umum MPR.

"Pengurus PAN daerah sudah tahu sama tahu siapa Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan, termasuk sejarah dan prestasi keduanya," ungkap Rusli dalam siaran pers yang diterima ROL, Senin (5/1).

Rusli yang menjabat ketua umum DPP Penegak Amanat Reformasi Rakyat (PARRA), organisasi kepemudaan underbow PAN itu, mengaku

khawatir dengan perkembangan sosialisasi calon ketua umum DPP PAN yang saat ini yang sudah keluar dari etika kampanye. Kata dia, malah sudah menjurus kepada pembunuhan karakter dan opini kebencian.

"Saya berharap tim sukses melakukan kampanye beradab yang saling menonjolkan kelebihan bukan sebaliknya. Saya banyak informasi dari DPW dan DPD PAN mengenai adanya pesan singkat (SMS) yang berisi pembunuhan karakter terhadap Pak Hatta dari pihak tertentu," ujar Rusli.

Rusli menegaskan, upaya  pembunuhan karakter terhadap Hatta Rajasa itu tak mungkin dilakukan oleh kubu Zulkifli Hasan. "Tidak mungkinlah Pak Zul seperti itu, saya tahu betul kedekatan mereka berdua. Saya khawatir ini operasi diam-diam dari pihak luar," cetusnya.

Pembunuhan karakter terhadap Hatta Rajasa, papar Rusli, menyangkut dua isu. Pertama, kata dia, hubungan kebesanan antara Hatta Rajasa dan SBY. Dalam kampanye hitam itu disebutkan jika Hatta memimpin kembali PAN, maka PAN akan menjadi subordinasi partai lain.

"Ini sama sekali tidak benar, kalau PAN subordinat partai lain, mana bisa Pak Zulkifli Hasan jadi Ketua MPR, pasti SBY memilih kader Demokrat. Tapi nyatanya Pak Hatta berhasil menjadikan Pak Zul, kader PAN sebagai Ketua MPR. Ini artinya Pak Hatta memiliki kapasitas di atas politisi rata rata." papar Rusli.

Isu kedua, kata Rusli, dalam kampanye hitam itu Hatta disebut tidak negarawan, sektarian, tidak pluralis, dan terlalu berpihak kepada Ummat Islam melalui program 1.000 masjid.

"Ini logika yang lebih ngaco dan tidak mengerti konteks. Program 1.000 masjid itu program Pak Hatta dan PAN dalam menyambut bulan suci Ramadhan, masa bulan suci umat Islam buat program yang lain-lain," ucap Rusli.

Pihaknya mengajak kepada seluruh kader PAN agar tak larut terhadap genderang pihak lain yang menginginkan PAN pecah. "Pak Hatta dan Pak Zul itu, kita sudah sama sama tahu komunikasi bathin mereka berdua, sulit untuk tidak disatukan," kataWakil Sekretaris Panitia Pelaksana Kongres IV PAN itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement