REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk terjadinya serangan ke redaksi media satir Charlie Hebdo di Paris, Prancis pekan lalu. Sekaligus menyayangkan pemanfaatan kebebasan secara berlebihan yang akhirnya memicu sikap intoleransi.
“Pada dasarnya segala macam kekerasan, apalagi dilakukan atas nama agama, itu tidak dibenarkan. Akan tetapi apa yang terjadi di (Redaksi Charlie Hebdo) Prancis, PBNU juga mengutuk keras pemicunya, yaitu sikap intoleransi,” kata Sekretaris Jenderal PBNU Marsudi Syuhud, Senin (12/1).
Marsudi yang menyandang gelar Doktor bidang Ekonomi Islam tersebut coba menganalisa, aksi serangan ke Charlie Hebdo dipicu oleh kegemaran memuat karya jurnalistik yang tidak mengindahkan kaidah toleransi.
Tidak hanya karikatur Nabi Muhammad sebagai ikon Islam, di beberapa edisi lainnya Charlie Hebdo juga kedapatan menjadikan Paus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik sebagai muatan medianya dengan nada ejekan.
“Jadi kebebasan (media) di sana itu kan sangat bebas. Itu yang tidak benar, karena sebebas apapun kebebasan masih ada batasnya, yaitu kebebasan orang lain. Kami mengimbau jangan sampai kebebasan jadi kebablasan dna memicu sikap intoleransi,” tegas Marsudi.
Maka, umat Islam di Indonesia dan dunia pada umumnya, menurut Marsudi, harus bisa bersikap dewasa menyikapi kritikan dan aksi-aksi tidak simpatik lainnya.
“Prinsip dasar dakwah adalah untuk kebaikan, dan untuk mencapai itu harus dengan cara-cara yang baik juga. Kalau ada yang mengkritik kita (umat Islam), balaslah dengan kritik, jangan dibalas dengan kekerasan,” pungkasnya.