REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Tim Disaster Victim Identification (DVI) dibantu oleh antropolog forensik untuk mengidentifikasi jenazah penumpang pesawat Air Asia QZ8501 yang mulai sulit dikenali.
"Logikanya saja jika sudah dua minggu pasti semakin sulit," kata antropolog forensik dari Universitas Airlangga Toetik Koesbardianti di Mapolda Jawa Timur, Rabu (13/1).
Para antropolog diharapkan dapat menentukan ras, usia, umur, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari hanya dari tulang korban. Mereka juga membantu memahami budaya korban dengan mengenalinya dari properti yang dipakai dan barang bawaan apa saja yang dibawa penumpang.
Antropolog forensik dari Universitas Gajah Mada Rusyad Adi Suriyanto mengatakan hal yang senada. Semakin lama jenazah akan semakin sulit diidentifikasi. Sehingga metode antropologi forensik dan DNA menjadi acuan lebih akurat dengan mengidentifikasi tulang jenazah.
Kecepatan tim antropolog, menurutnya, sangat dibutuhkan karena semakin lama serat atau selaput kulit semakin hilang. "Ada usulan bagus kemarin, Indonesia mempunyai rekam serat kulit dan rekam wajah, sehingga jika ada musibah seperti ini akan semakin mudah diidentifikasi," kata Rusyad.
Antropolog forensik juga sering membantu kepolisian untuk mengidentifikasi korban kejahatan. Namun belum banyak orang yang memilih profesi ini. Di Indonesia baru ada empat orang yang berprofesi sebagai antropolog forensik.
"Mungkin karena terlalu banyak yang harus dipelajari maka kurang diminati," ujar Rusyad.