Selasa 20 Jan 2015 23:10 WIB

Menhub Jelaskan Detik-Detik Akhir Kecelakaan Air Asia QZ8501

 Wakil Komandan Puspenerbal, Kolonel laut (P) Yuwono, menunjukkan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di Posko Operasi SAR AirAsia QZ8501, BaseOps Lanudal Juanda, Rabu (7/1).
Foto: Antara/Eric Ireng
Wakil Komandan Puspenerbal, Kolonel laut (P) Yuwono, menunjukkan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di Posko Operasi SAR AirAsia QZ8501, BaseOps Lanudal Juanda, Rabu (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menjelaskan mengenai penyebab jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Laut Jawa dan menewaskan 162 orang.

Menurutnya, ternyata pesawat itu melaju dengan kecepatan di luar batas normal dan kemudian terhenti. "Pada menit-menit akhir, pesawat melaju dengan kecepatan di luar batas normal," ujarnya seperti dilansir AFP, Selasa (20/1).

"Pesawat secara mendadak melaju dengan kecepatan di luar batas normal yang membuatnya naik ketinggian. Kemudian berhenti," tambah dia.

Pada hari ke-24 proses pencarian pesawat Air Asia QZ 8501, cuaca buruk masih menjadi hambatan besar dalam upaya evakuasi badan pesawat di sekitar perairan Laut Jawa. 

Berdasarkan data Stasiun Badan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pangkalan Bun, hujan lebat masih berpotensi turun di sekitar lokasi badan pesawat. Begitu juga dengan adanya keberadaan awan Cumulonimbus (Cb).

"Nampak dari citra radar kami, pada pagi hari sebagian besar wilayah evakuasi akan turun hujan lebat. Kami himbau pada tim evakuasi untuk berhati-hati pada potensi angin kencang dan peningkatan tinggi gelombang," kata Kepala Stasiun BMKG Pangkalan Bun, Lukman Soleh, Selasa.

Namun, lanjut Lukman, pada siang hari hingga sore hari diperkirakan kondisi cuara relatif kondusif dengan adanya cuaca berawan di sekitar lokasi evakuasi serpihan pesawat Air Asia QZ 8501. 

Sementara terkait kondisi ketinggian gelombang laut, Stasiun BMKG Pangkalan Bun memprediksi gelombang laut bakal mencapai ketinggian berkisar antara 1,5 hingga 2,5 meter.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement