Kamis 22 Jan 2015 17:49 WIB
PDIP vs Abraham Samad

Hasto: PDIP tidak Pernah Minta Uang Samad

Hasto Kristiyanto
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Pelaksana Tugas Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan pihaknya tidak pernah meminta uang kepada Ketua KPK Abraham Samad terkait penawaran yang bersangkutan sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo (Jokowi).

"Kami tidak pernah minta uang," kata Hasto kepada wartawan di Jakarta, Kamis (22/1). Hasto menyiratkan bahwa pihaknya menyadari Abraham Samad selaku Ketua KPK memiliki keterbatasan finansial. Sehingga tidak mungkin pihaknya mematok uang agar Samad bisa mendampingi Jokowi.

"Kami tahu (sadar), pimpinan KPK (memangnya) punya duit dari mana," kata Hasto. Sebelumnya, Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa artikel berjudul "Rumah Kaca Abraham Samad" yang dilansir dalam Kompasiana sebagian besar benar adanya.

Dalam artikel itu diceritakan bahwa Samad telah bertemu dengan beberapa orang PDIP sebanyak enam kali sebelum kontestasi pilpres 2014 berlangsung. Dalam rentetan pertemuan itu Samad dituding sempat menyatakan kepada orang PDIP bahwa dia bakal mengamankan kasus politisi PDIP Emir Moeis.

Pernyataan Samad dijawab dengan penawaran membuka peluang Samad menjadi pendamping Jokowi sebagai calon wakil presiden. Namun, pada akhirnya setelah melalui berbagai konsultasi dengan para ketua umum parpol KIH dan keputusan Jokowi sendiri, maka cawapres Jokowi ditentukan adalah Jusuf Kalla.

Menurut Hasto cerita itu benar adanya, sekalipun Samad telah menyebut artikel itu fitnah belaka. Hasto bahkan menyatakan ketika Samad diberi kabar bahwa dirinya tidak jadi mendampingi Jokowi sebagai Cawapres dan posisinya diambil oleh politisi Golkar Jusuf Kalla, Samad tampak kecewa.

"Dia kira-kira mengatakan 'ya, saya tahu. Karena saya sudah melakukan penyadapan. Bahwa saya tahu yang menyebabkan kegagalan saya ini (menjadi cawapres Jokowi) adalah bapak Budi Gunawan'," beber Hasto.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement