Selasa 27 Jan 2015 19:44 WIB

Duet Obama dan Raja Salman akan Bahas Yaman serta ISIS

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama memimpin sejumlah delegasi tingginya ke Arab Saudi, untuk bertemu dengan raja baru Saudi.

Obama dan Raja Salman diperkirakan akan membahas masalah gejolak di Yaman dan perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Arab Saudi selama ini merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang mendukung koalisi pimpinan AS, dalam memerangi militan ISIS di Irak dan Suriah. Kedua negara juga prihatin dengan gejolak politik di Yaman, di mana pemerintah yang didukung AS mengundurkan diri.

Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan pada Senin (26/1) kemarin, Obama dan Raja Salman sepertinya akan membahas dua isu tersebut dalam pertemuan mereka. Menurut Rhodes, AS akan menyelaraskan kepentingannya dan Arab Saudi dalam menangani masalah gejolak di Timur Tengah.

"Saya pikir Anda bisa lihat, raja mengirim sinyal ia berkomitmen untuk melanjutkan pendekatan Saudi untuk isu-isu tersebut," ujar Rhodes.

Mengakhiri kunjungannya di India, Obama terbang bersama sekitar 30 anggota delegasinya ke Riyadh pada hari Selasa (27/1). Al-Arabiya melaporkan Selasa (27/1), sejumlah pejabat yang ikut bergabung bersama Obama dalam kunjunganya ke Saudi antara lain negarawan Partai Republik James Baker dan Brent Scowcroft, mantan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice, Senator Republik John McCain. Menteri Luar Negeri John Kerry dan Direktur CIA John Brennan, dan sejumlah tokoh penting lainnya juga akan menjadi bagian dari delegasi.

Selain bertemu dengan raja baru, delegasi Obama juga datang untuk memberikan penghormatan pada keluarga kerajaan atas kematian Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Kunjungan ini menggarisbawahi peran penting Saudi dalam kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah. Terutama atas peran Saudi yang turut bergabung dengan AS dalam meluncurkan serangan udara ke ISIS.

"Pada prinsipnya ini menandai transisi dalam kepemimpinan dan untuk memberikan penghormatan pada keluarga dan warga di Arab Saudi," tambah Rhodes.

Raja Abdullah wafat pada Jumat (23/1), karena sakit. Ia digantikan oleh adiknya Raja Salman bin Abdul Aziz. Raja Salman dikenal telah berpengalaman dalam pemerintahan di Saudi. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Riyadh selama hampir 50 tahun. Raja Salman sebelumnya juga telah mengambil tugas raja selama setahun terakhir, saat Raja Abdullah sakit.

Sesaaat setelah penunjukkan Raja Salman sebagai raja baru, Presiden Obama segera meneleponnya dan menyatakan belasungkawa atas kematian Raja Abdullah. Gedung Putih juga megeluarkan pernyataan yang menyebut Raja Abdullah sebagai sosok pemimpin yang jujur dan memiliki keberanian membela keyakinannya.

"Sebagai sebuah negara kami telah bekerja sama menghadapi banyak tantangan, saya selalu menghargai perspektif Raja Abdullah dan menghargai persahabatan kami yang sejati dan hangat," ungkap Obama.

Ungkapan duka juga disampaikan Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Menurutnya, Amerika telah kehilangan sosok yang bijaksana dan visioner sepeninggalan Raja Abdullah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement