REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak jatuh ke dekat terendah dalam enam tahun terakhir pada Kamis (29/1) pagi WIB, karena stok minyak mentah AS melonjak ke rekor tertinggi, memicu kekhawatiran baru atas berlimpahnya pasokan global.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 1,78 dolar AS menjadi 44,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, penutupan terendah sejak Maret 2009.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret turun 1,13 dolar AS menjadi menetap di 48,47 dolar AS per barel di perdagangan London.
Data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS melonjak 8,9 juta barel menjadi 406,7 juta barel pada pekan yang berakhir 23 Januari, 49,1 juta barel lebih besar dari setahun sebelumnya, menurut Departemen Energi AS.
Itu merupakan tingkat tertinggi sejak pemerintah AS mulai mempertahankan catatan mingguan pada 1982. Ini juga di atas data bulanan sejak April 1931. "Ini bukan sebuah keadaan yang cantik," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities. "Kami sedang mencari titik terendah tetapi saya tidak berpikir kita berada di sana."
Pasar minyak telah runtuh sebesar lebih dari 50 persen sejak Juni, terganggu oleh pasokan minyak mentah berlimpah, permintaan global yang lemah dan keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membiarkan harga terus turun.
"Jika pembuktian diperlukan bahwa harga minyak tetap terkendala oleh terlalu banyaknya pasokan, data persediaan sore ini menegaskan hal itu," kata analis CMC Markets, Michael Hewson. "Dengan demikian, harga juga bisa jatuh lebih jauh dengan prospek penurunan di bawah 40 dolar AS per barel menjadi kenyataan dalam jangka pendek dan menengah."
Sementara itu, persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak, naik dua juta barel menjadi 38,8 juta barel pada periode yang sama, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), unit statistik Departemen Energi AS.
Produksi minyak mentah AS meningkat 30 ribu barel menjadi 9,213 juta barel pada pekan lalu, tingkat tertinggi sejak 1983, menurut data EIA.
Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Rabu, karena Federal Reserve mengumumkan akan tetap "bersabar" dalam menaikkan suku bunga dan menekankan bahwa ekonomi AS telah berkembang secara mantap.
Sebuah penguatan greenback membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal dan kurang menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.