REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Mesin gol Australia, Tim Cahill, percaya bahwa Socceroos siap memenangkan Piala Asia 2015. Dia juga mengaku lebih siap dibanding 4 tahun lalu ketika mereka menempati posisi runner-up, setelah kalah dari Jepang dalam kompetisi yang sama.
Tim mengatakan, kesempatan untuk mengklaim kemenangan di laga final melawan Korea Selatan di Sydney, Sabtu (31/1) nanti, akhirnya tiba dan melegakan seluruh pemain karena persiapan yang dilakukan begitu panjang.
"Saya merasa persiapan kami yang dilakukan selama 14 bulan terakhir hingga tahap ini, benar-benar menakjubkan. Hal ini mungkin tak tampak dalam hasil sebelumnya, tapi kami belajar banyak tentang satu sama lain sebagai sebuah tim," jelasnya baru-baru ini.
Tim mengutarakan, suasana di ruang ganti Socceroos setelah menang 2-0 di semifinal atas Uni Emirat Arab, menunjukkan profesionalisme rekan-rekan satu tim-nya. "Di ruang ganti, kami bertanya satu sama lain tentang performa kami dan bagaimana kami bisa bermain lebih baik. Secara fisik, mental dan teknis, anak-anak ini sudah siap," ungkapnya.
Tim menuturkan, laga final (31/1) malam di stadion ‘Oltmpic’ Sydney, akan menjadi momen penting dalam karir sepak bolanya dan begitu pula bagi tim Australia.
"Ini harus menjadi yang terbaik bagi Australia semata-mata karena semua kejadian yang ada di belakang kami,” ujarnya.
Ia menyambung, "Kami telah berjuang semaksimal mungkin sebagai tim sepak bola dan selama ini sulit untuk menunjukkan ke publik apa yang kami lakukan, satu-satunya cara adalah dengan menunjukkan apa yang kami lakukan di lapangan saat ini dan terus melakukannya di masa depan."
Socceroos mantap di bawah arahan Postecoglou
Empat tahun lalu, Socceroos mencapai final Piala Asia di Doha dan hanya kalah 1-0 dari Jepang. Tim Cahill mengatakan, mungkin seharusnya mereka bisa memenangi pertandingan itu.
"Tapi secara fisik kami tidak siap. Saya ingat, enam dari kami cedera sebelum pertandingan - lutut, betis, pinggul, bahu. Kami bersyukur berhasil melewati pertandingan,” utaranya.
Dengan Ange Postecoglou sebagai pelatih Socceroos, Tim Cahill menikmati bermain di bawah pelatih yang mencintai Socceroos sebanyak cintanya pada tim ini. "Ketika kami batal pergi ke Jepang dan kemudian bermain di Qatar, dan harus melakoni semua pertandingan gila yang tak mungkin kami menangkan, si bos menaruh kepercayaan pada kami," kemuka Tim.
"Ini adalah proses yang panjang yang ia yakini kuat sejak awal, dan ia benar-benar mencoba untuk membuat sesuatu yang berarti bagi negara kami," tambahnya.
Tim mengangkat bahunya ketika ditanya tentang tekanan yang dialami Socceroos dalam menghadapi laga final. "Saya tak benar-benar merasakan tekanan. Saya tak takut dengan apa yang ada di depan. Saya tak sabar untuk menjawab tantangan dengan rekan-rekan setim dan mengecap pengalaman itu untuk memastikan mereka paham permainannya, bukan kesempatannya," urainya.