Sabtu 31 Jan 2015 07:38 WIB

Nasir: Thailand Pesan Pesawat N219 Lapan

N 219 (Republika/Edwin Dwi Putranto)
N 219 (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir mengatakan Thailand sudah memesan pesawat N219 yang risetnya tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

"Riset N219 ini tengah dibuat, dilakukan. Harapannya, pada pertengahan tahun ini sudah bisa 'roll out' (keluar hanggar perdana), sudah bentuk 'body' pesawat," katanya di Semarang, Jumat malam.

Hal itu diungkapkannya di sela peluncuran buku berjudul "100 Tokoh Jawa Tengah", sebuah buku berisi profil tokoh-tokoh berpengaruh dari berbagai bidang di provinsi itu.

Nasir termasuk salah satu dari 100 tokoh berpengaruh di Jateng versi buku yang diprakarsai penerbitannya oleh tokoh Jateng Bambang Sadono, yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Meski pesawat N219 masih dalam proses riset, Guru Besar Universitas Diponegoro Semarang itu mengatakan, sudah ada negara lain yang memesan pesawat penumpang berukuran kecil itu, yakni Thailand.

"Sudah ada pemesanan N219 dari Thailand. Yang sudah melihat-lihat Filipina. Namun, yang sudah jelas memesan adalah Thailand. Diharapkan, akhir 2015 sudah bisa terbang, teruji," tukasnya.

Kalau semuanya sudah beres, termasuk sertifikasi pesawat, kata dia, ditargetkan pada 2016 sudah bisa dilakukan produksi massal untuk pesawat N219. "Pesawat ini memiliki berbagai kelebihan," katanya.

Ia juga menjelaskan, pesawat N219 memang didesain untuk transportasi udara antardaerah dan antarpulau dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan kelebihannya tidak memerlukan "runway" (landasan) panjang.

"Panjang 'runway' yang dibutuhkan untuk pesawat ini hanya 550-600 meter. Jadi, memang tidak butuh 'runway' panjang. Biasanya, 'runway' kan sampai 1,4, 1,8, 2,4 dan 2,8 kilometer," katanya.

Menurut dia, potensi pemasaran pesawat ini cukup besar, terutama dari dalam negeri yang kebutuhannya mencapai 200 pesawat.

"Dengan kapasitas produksi pabrik 24 pesawat per tahun, maka kalau kebutuhannya 200 pesawat, baru bisa terpenuhi selama delapan tahun baru terpenuhi. Makanya, kami dorong pengembangan kapasitas produksi," kata Nasir.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement