Senin 02 Feb 2015 14:04 WIB

Elang Bondol dan Salak Condet, Jangan Sampai Tinggal Legenda

Salak Condet dijual di sekitaran kawasan Jakarta Timur.
Foto: Dok
Salak Condet dijual di sekitaran kawasan Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Karta Raharja Ucu

Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan salak condet dari jurang kepunahan. Salah satu kebun yang menjadi tempat budi daya salak condet berada di RT 07 RW 05, Balekambang, Condet, Jakarta Timur. Tak tanggung-tanggung, kebun milik Abdul Kodir (47 tahun) ini memiliki luas 3,5 hektar area.

Kebun Abdul tersembunyi dan dikepung permukiman warga. Apalagi letaknya yang bersebelahan dengan Kali Ciliwung, membuat kebun tersebut cukup sulit dijangkau. Kondisi itu dipersulit lantara akses menuju kebun hanya tersedia jalan setapak selebar satu meter.

Pria asli Betawi ini merawikan sekitar 1980-an, wilayah Balekambang-Batu Ampar-Kampung Tengah, masih dipenuhi pohon berduri tersebut. "Berkebun salak menjadi salah satu mata pencaharian warga pada saat itu," kata dia saat berbincang dengan Republika, beberapa hari lalu.

Abdul mengaku kebun itu adalah milik orang tuanya. Ia masih ingat bagaimana dulu ia membantu orang tuanya mengangkut berkarung-karung salak yang sudah dipanen untuk dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. "Ke sana berjalan kaki," imbuh dia.

Ia tidak pernah berhenti berharap salak condet kembali merajai pasar buah di Indonesia, khususnya Jakarta. "Saya berharap salak condet tidak berakhir menjadi simbol dan tinggal jadi cerita bagi anak cucu kita nanti," kata dia.

Lebih jauh Abdul mengatakan salak condet sebenarnya mudah ditanam. Ada dua cara, pertama dengan cangkokan, dan kedua dengan cara tanam biji. Dari cara tanam cangkok, pohon salak condet bisa berbuah pada usia 2-3 tahun. "Sedangkan dari cara tanam biji waktu berbuah dari pohon salak lebih lama yaitu 4-5 tahun," ucap Kodir.

Menurutnya, pohon salak condet akan berbuah sepanjang tahun asalkan mendapat air yang cukup dan selalu membuang dahan yang mati. Apalagi pohon salak condet tumbuh bisa kapan saja tidak bergantung pada musim panen. "Apalagi kalau lagi musim panas, nih buah cakep bener matengnya, manis pula. Kalau musim hujan malah pada busuk buahnya karena kena air," imbuh Kodir.

Seperti buah lainnya, salak condet juga punya keistimewaan. Salah satunya untuk mengobati penyakit maag. “Buah yang belum ada bijinya nah itu bisa buat obat,” ujar dia.

Saat panen, ia menjual salak condet Rp 15 ribu per besek. "Yang beli biasanya warga sekitar, kadang juga ada warga dari Bekasi atau Bogor beli salak condet," kata Abdul.

Budayawan Betawi, Ridwan Saidi mengatakan kebanyakan masyarakat asli Jakarta juga sudah jarang bercerita tentang elang bondol kepada generasi muda. Apalagi, satwa itu sudah tersingkir ke wilayah pesisir Jakarta.

"Kalau salak condet sendiri masih ada, tetapi hanya di beberapa wilayah saja seperti bantaran kali," katanya.

Ridwan mengatakan, elang bondol yang penampilannya menarik serta punya kemampuan terbang prima dan ketajaman mata dalam mencari mangsa, merupakan simbol warga Jakarta yang dinamis, tangkas dan cepat bertindak.

Ditetapkannya elang bondol dan salak condet menjadi maskot Jakarta bertujuan untuk meningkatkan rasa memiliki serta menanamkan kebanggaan. (baca: Maskot Jakarta di Ujung Tanduk)

"Kebijakan itu juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat berperan aktif dalam upaya melestarikan keberadaannya," kata dia.

Ridwan berharap pemerintah provinsi memperhatikan lagi identitas-identitas Ibu Kota yang sudah mulai dilupakan orang itu supaya bisa mewariskannya ke generasi berikut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement