REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA SELATAN -- Para sopir angkutan kota di Jakarat galau menghadapi tuntutan penurunan tarif setelah harga BBM bersubsidi turun. Apalagi masyarakat kerap mengeluhkan tarif angkutan umum yang tidak otomatis turun.
"Setoran tetap tinggi, enggak turun," kata salah satu sopir angkot, Oge (61), Senin (2/2).
Sopir trayek 36 di Jakarta Selatan itu menyatakan para penumpang sudah tahu bahwa harga BBM bersubsidi telah diturunkan dan menuntut agar tarif angkot juga turun. Akan tetapi di sisi lain, setoran yang harus dibayarkan oleh para sopir tidak ikut turun. Ia juga menyatakan tidak ada insturksi dari pihak organda untuk menurunkan tarif.
Meski begitu, banyak penumpang yang bersikukuh untuk membayar dengan tarif lama. Oge menyatakan dirinya tidak ingin sampai harus berutang untuk membayar setoran. Tetapi, pendapatannya menjadi sangat berkurang karena penumpang membayar dengan tarif lama.
Setiap hari, Oge membayar setoran sebesar Rp 220.000. Sedangkan untuk bahan bakarnya, memerlukan sekitar Rp 200.000 per hari.
"Saya sudah tua, tidak mau ribut dengan penumpang hanya karena Rp 500 atau Rp 1.000. Tapi ada juga penumpang yang baik dan membayar dengan tarif baru," jelas Oge.
Senada dengan Oge, Syawal (42) yang juga merupakan sopir angkot dengan nomor trayek 36 menyatakan belum ada instruksi dari organda untuk menurunkan tarif. Ia juga tidak memaksakan agar penumpang membayar dengan harga baru sedangkan harga BBM bersubsidi sudah turun. "Sama-sama mengerti saja."