REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Zaenal Abidin berpendapat cara efektif untuk mengurangi angka kejadian demam berdarah dengue (DBD) adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pola hidup bersih, selain berbagai upaya pencegahan penyakit tersebut.
"Paling efektif adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hidup bersih dan melakukan upaya pencegahan DBD, yang semestinya dilakukan setiap saat," katanya di Jakarta, Kamis (5/1).
Dalam pencegahan DBD, katanya, masyarakat harus memahami pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga dapat menjaga lingkungan sekitar agar terbebas dari berbagai penyakit.
Misalnya, masyarakat dapat mencegah genangan air yang menjadi tempat berkembangnya nyamuk penyebab deman berdarah, rutin membersihkan tempat penampungan air serta memilah sampah yang organik dan nonorganik, katanya.
Ia mengatakan pemerintah harus lebih aktif melibatkan peran serta masyarakat dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Pemberantasan nyamuk dewasa, katanya, dapat dilakukan dengan penyemprotan, tetapi untuk jentik harus dengan 3M, yakni menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi dan wc minimal seminggu sekali.
Kemudian, menutup rapat tempat penampungan air agar tidak membuka jalan bagi nyamuk untuk berkembang biak serta mendaur ulang barang-barang yang dapat menampung air hujan. "Karena jentik tidak mati dengan semprotan, jadi gunakan 3-M itu," ujar dia.
Menurutnya, gerakan masyarakat melakukan kebersihan lingkungaan dan rumah masih menjadi upaya yang sangat bagus. "Dengan gerakan ini bukan hanya DBD yang dapat dicegah tapi penyakit infeksi lain juga bisa dicegah," tuturnya.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Angka Insiden (AI) penyakit DBD di Indonesia pada 2013 sebesar 41, 25 per 100.000 penduduk. Angka keatitan itu meningkat dibandingkan IR pada 2012 sebesar 37,11 per 100.000 penduduk.
Pada 2013, lima provinsi dengan AI tertinggi berturut-turut adalah Bali dengan AI DBD 168 kasus per 100.000 penduduk, DKI Jakarta dengan AI DBD 96 kasus per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur dengan AI DBD sebesar 92 kasus per 100.000 penduduk, Sulawesi Tenggara dengan AI DBD 66 kasus per 100.000 penduduk, serta DI Yogyakarta dengan AI DBD sebesar 65 kasus per 100.000 penduduk.