REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah ormas Islam Kota Tasikmalaya menggelar aksi menolak perayaan valentine di sekitar Tugu Adipura, Jalan HZ Mustofa, Kota Tasikmalaya, Sabtu (14/2) sore. Sebagai bagian dari aksi, massa yang berjumlah kurang lebih 200 orang dari Tim Kreativitas Muslim, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), MUI, dan DKM Masjid Agung Kota Tasikmalaya, massa melakukan long march melewati jalan-jalan protokol kota yang berjuluk Kota Santri tersebut.
"Penolakan valentine ini karena banyak budaya modern yang diserap dengan cara yang salah," ujar perwakilan panitia dari HMI Tasikmalaya, Agung Zulviana.
Aksi solidaritas tersebut, kata Agung, diharapkan bisa menyadarkan masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih dan menerapkan budaya asing. "Jadi jangan sampai ada budaya jahiliyah yang dianggap modern masuk dalam budaya warga Tasik. Masyarakat juga harus lebih peka dalam menyikapi era globalisasi ini," ujar Agung.
Selain menggelar aksi penolakan valentine, massa juga menyampaikan pentingnya penggunaan hijab sesuai syariah. "Saat ini banyak fenomena jilboobs. Ini tentu harus dicegah. Hijab yang sesuai syariah semestinya tidak menunjukkan lekuk tubuh dan mengundang syahwat," ujar Agung.
Agung pun meminta kepada Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk lebih mengoptimalkan penerapan Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2009 tentang Pembangunan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat. "Sudah lima tahun perda tersebut lahir tapi implementasinya kami anggap belum optimal. Jadi aksi ini juga bertujuan untuk mendorong pemerintah agar lebih maksimal menerapkan perda itu," ujar Agung.