REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beberapa hari terakhir ini harga beras di pasaran mengalami kenaikan. Padahal stok beras masih tergolong aman. Diduga ada mafia yang memainkannya sehingga harga beras mengalami kenaikan.
Menurut Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, Ia khawatir dengan permainan mafia yang membuat harga beras naik. Oleh karena itu, Heryawan meminta semua pihak untuk mengurai agar harga beras bisa segera stabil.
"Saya khawatir ada mafia, mari kita urai bersama lah," ujar Heryawan kepada wartawan di Gedung Sate, Rabu (25/2).
Menurut Heryawan, Ia akan akan terus melakukan antisipasi. Beberapa hari lalu, Pemprov Jawa Barat sudah melakukan pengecekan stok beras di gudang Badan Urusan Logistik (Bolog). Saat pengecekan, stok tersebut tidak ada masalah.
"Stok aman. Tapi kenapa (harga beras) naik," katanya. Heryawan menjelaskan, belajar dari teori ekonomi Adam Smith menyebutkan kenaikan harga terjadi jika suplai kurang tapi permintaan tinggi. "Di Jabar suplai normal permintaan aman tapi ada kenaikan," katanya.
Selama ini, kata dia, beras raskin sudah disebarluaskan. Orang nomor satu di Jabar ini menduga ada beberapa indikasi penyaluran beras raskin dalam dua bulan terakhir ini dibagikan dalam bentuk uang.
Memang agak telat, karena musim tanam karena banjir sehingga seharusnya Maret dipanen, menjadi akhir Maret dan awal April dipanennya. "Apakah ini menimbulkan aspek psikologis sehingga beras naik. Tapi Liat dari beras aman enggak ada apa-apa," katanya.
Kedepan, kata dia, Ia akan melihat masalah proses distribusi. Akan tetapi, Heryawan berpendapat distribusi tidak ada masalah lantaran harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah turun.
'' Teman-teman kan sudah lihat BBM saja baru mau naik harga sudah naik, tapi BBM turun harga tetap saja tidak turun. Makannya kita kedepan akan terus lakukan operasi pasar serta Raskin 2015 dipercepat agar harga beras stabil," katanya.
Sementara menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Jabar, Ferry Sofwan, harga beras di Jawa Barat naik diduga karena akibat spekulasi. Para pedagang di Jabar mengikuti pergerakan hrga beras di Jakarta.
"Harga beras di Jakarta naik, eh di Jabar malah ikut-ikutan. Padahal stok beras berlimpah, distribusi juga tidak terganggu. Berarti ini spekulasi," kata Ferry.