REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi sejarah baru bagi PAN. Untuk pertamakalinya dalam sejarah PAN, persaingan ketua umum berlangsung dengan sangat ketat, dan hanya menghasilkan selisih enam suara saja.
Dalam sejarah pemilihan ketua umum PAN di Kongres II PAN di Semarang, selisih suara ketua umum terpilih Soetrisno Bachir ketika itu sangat jauh dengan pesaingnya Fuad Bawazier. Persaingan ini menjadi tidak ketat setelah lawan kuat SOetrisno Bachir, ketika itu Hatta Rajasa diminta mundur oleh Amien Rais.
Begitu pula dengan Kongres PAN III di Batam. Bahkan dalam pemilihan ketua umum di Batam ini, Hatta Rajasa menang melalui aklamasi setelah pesaing kuatnya Drajad Wibowo diminta mengundurkan diri.
Dalam Kongres IV PAN kali ini, persaingan sangatlah ketat dan cukup panas. Dalam penghitungan suara sempat terjadi salip menyalip antara Hatta dan Zulkifli. Di awal penghitungan suara Zulkifli langsung memimpin hingga setengah penghitungan suara.
Mendekati akhir penghitungan Hatta sempat mengungguli Zullkifli di angka 256 berbanding 255. Namun, Zulkifli kembali mengungguli Hatta di angka 265, dan terus mengungguli Hatta hingga suara terakhir dihitung.
Sempat terjadi kegaduhan ketika perolehan suara Zulkifli mencapai 282 suara. Karena mereka mengira Zulkifli sudah pasti menang. Namun akhirnya penghitungan dilanjutkan kembali.
Begitu suara Zulkifli mencapai 291, Hatta langsung menyalami Zulkifli yang duduk berdampingan. Suara pendukung Zulkifli pun bergemuruh meneriakan zel-zel 'Bang Zul' berkali-kali. Yang kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.