REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pihak Sriwijaya Air belum bersedia untuk memberikan bantuan berupa biaya perawatan untuk korban peluru nyasar di Bandara Mopah, Merauke, Senin (9/3). Pasalnya, kondisi korban saat tertembak belum naik ke pesawat.
"Sebenarnya ini bukan tanggung jawab Sriwijaya Air terhadap kematian. Kalau dia kena kecelakaan di udara baru kita tanggung jawab, tapi ini kan belum berangkat jadi bukan tanggung jawab kami," ujar Manajer Humas Sriwijaya Air Agus Sujono saat dihubungi Republika.
Meski demikian, Agus menerangkan kalau pihaknya saat ini tengah memberikan bantuan dengan mengantarkan korban ke rumah sakit. Sementara untuk biaya rumah sakit, Agus mengatakan kalau pihaknya masih berdiskusi terkait hal tersebut.
"Kalau korban jelas kita tangani, kita bantu, kita antar kerumah sakit, pokoknya apapun yang dibutuhkan dia-kan penumpang kami. Kalau biaya kemungkinan kami tanggung tapi masih dibicarakan," terang Agus.
Seperti diketahui, kejadian bermula saat Praka Dedy, anggota Yon 756 Yalet Merauke, mengosong senjata api milik Kepala Bekang Kodam XVII Cendrawasih, Letkol CPA Joko Pitoyo, yang hendak kembali ke Jayapura dengan menggunakan pesawat Lion Air.
Namun tiba-tiba terdengar letusan, peluru menembus triplek yang membatasi counter Lion Air dan Sriwijaya Air hingga mengenai calon penumpang Sriwijaya Air, Sugiono (32) dan anaknya Novan (6 th). Sayangnya, nyawa Novan tak terselamatkan dan tewas sebelum mendapat pertolongan tim medis di RSUD Merauke akibat peluru yang bersarang diperutnya.
Sedangkan ayahnya Sugiono yang terkena punggung kiri tembus dada kiri saat ini masih dalam penanganan tim medis.