REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Hotel di Bali masih banyak yang belum menerapkan sistem manajemen penghematan listrik, karena pengeluaran biaya energi masih cukup tinggi mencapai 20 hingga 30 persen.
Ferry Kurniawan, selaku Manajer Pemasaran Schneider Elektric Indonesia di Denpasar, Sabtu, mengatakan perlu adanya sosialisasi secara berkelanjutan kepada hotel yang ada di Pulau Dewata untuk berpartisipasi melakukan penghematan energi tersebut. "Bukan hanya sekadar menyosialisasikan hemat energi kepada hotel-hotel. Namun, perlu adanya aksi nyata dengan melakukan manajemen sistem penghematan listrik itu," ujarnya.
Pihaknya mengakui yang menjadi tantangan saat ini para pembangun properti di Bali yang memegang proyek hotel masih menganggap sistem manajemen energi itu merupakan investasi tinggi. Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh pelaku pariwisata khusunya pemilik hotel untuk melakukan manajemen sistem energi sehingga dapat berkontribusi dalam program pemerintah.
"Banyak hotel yang tidak mengetahui sistem manajemen energi ini akan membawa investasi yang menguntungkan," ujarnya.
Ia menambahkan untuk peluang pariwisata di Bali dalam bidang perhotelan terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan diatas 30 persen di seluruh Indonesia.
Deputi General Manajer PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk, Made Sumantra mengharapkan semua hotel-hotel di Pulau Dewata berkontribusi dalam melakukan penghematan energi sehingga dapat dinikmati oleh generasi penerus bangsa. "Di Bali saat ini, semua hotel menggunakan listrik 24 jam penuh sehingga pengeluaran biaya energinya mencapai 20-30 persen," ujarnya. Oleh karena itu, pihaknya mengajak pengelola hotel untuk memanajemen pengeluara listrik dengan baik dan membudayakan hemat energi.