Selasa 17 Mar 2015 21:10 WIB

Produsen Tahu di Palembang Pilih Kecilkan Ukuran

Pengerajin tahu di Kampung Sawah, Jakarta Selatan, Jum'at (13/3).    (foto : MgROL_37)
Pengerajin tahu di Kampung Sawah, Jakarta Selatan, Jum'at (13/3).  (foto : MgROL_37)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Produsen tahu di Kota Palembang, Sumatera Selatan, menyiasati tingginya biaya produksi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak dan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, memperkecil ukuran tahu.

Sejumlah produsen tahu di Palembang, Selasa, mengatakan untuk menyiasati tingginya biaya produksi dan menghindari tindakan menaikkan harga jual, melakukan beberapa langkah seperti memperkecil ukuran barang yang akan dijual serta membuat pengaturan tiga pilihan harga.

Salah satu produsen tahu di kawasan Padang Selasa, Bukit Besar, Merry, menjelaskan dalam kondisi sulit seperti sekarang ini tidak memungkinkan untuk menaikkan harga jual mengimbangi tingginya biaya produksi.

Masalah tersebut mendorong dirinya untuk kreatif dalam menyiasati perkembangan pasar dengan membuat langkah memperkecil ukuran tahu dan menetapkan tiga penawaran harga jual mulai Rp 500, Rp 750 hingga Rp 1000 per potong.

"Ibu-ibu yang menjadi pelanggan, akan keberatan bila harga tahu tiba-tiba dinaikkan, namun dengan cara memperkecil ukuran dan menetapkan tiga pilihan harga pelanggan tidak terasa jika mereka membeli tahu dengan harga yang sedikit lebih mahal dari kondisi sebelumnya," ujarnya.

Dengan langkah tersebut, pelanggan tidak merasakan terjadi kenaikan harga dan perubahan ukuran pada barang yang dibelinya.

Secara umum cara menyiasati pasar dengan pola tersebut, bisa diterima pelanggan dan barang dagangannya tidak pernah tersisa atau sampai tidak habis terjual, kata Merry yang menekuni usaha pembuatan tahu sejak tahun 1980 itu.

Sementara produsen tahu lainnya Wawa mengatakan, sejak diumumkannya kenaikan harga BBM pada penghujung 2014 dan terus melemahnya nilai tukar rupiah yang mendorong naiknya harga bahan baku utama kacang kedelai berkisar Rp8.500-Rp9000/kg, biaya produksi terus meningkat sementara daya beli masyarakat menurun.

Untuk mengatasi biaya produksi yang tinggi, pembuatan tahu yang memerlukan proses pengukusan hingga enam jam itu, digunakan bahan bakar kayu yang diperoleh dari kayu bekas bongkaran rumah kegiatan pembangunan.

Sedangkan untuk mengatasi masalah menurunnya daya beli masyarakat, diputuskan tidak menaikkan harga jual dengan menyiasati memperkecil ukuran, ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement