REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Aisyiyah Kota Semarang menyebutkan tren penderita tuberkulosis (TB) di wilayah itu terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga diperlukan penanganan komprehensif.
"Ada 10 kecamatan di Kota Semarang yang menjadi binaan kami dalam menanggulangi penyakit TB," kata Ketua Sub-Sub Recipient (SSR) TB Aisyiyah Kota Semarang Purwanti Susantini di Semarang, Jumat (20/3).
Aisyiyah merupakan salah satu unsur organisasi yang dilibatkan Pemerintah Kota Semarang untuk menanggulangi penyakit TB, di antaranya Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, dan Candisari.
Data Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada 2013 ditemukan sebanyak 1.120 kasus TB, dan pada 2014 meningkat menjadi 1.175 kasus TB, sementara secara keseluruhan ditemukan sebanyak 14 ribu kasus.
Dari 10 kecamatan yang dibina Aisyiyah, kata dia, Semarang Utara paling banyak terdapat "suspect" (diduga) TB sebanyak 149 orang, disusul Semarang Timur (128 orang), dan Candisari (86 orang).
"Itu data selama 2014. Penderita kebanyakan orang dewasa, namun bisa terjadi pada anak-anak karena penyakit ini menular. Biasanya, penyakit ini disebabkan lingkungan yang tidak sehat," tukasnya.
Menurut Purwanti, faktor lingkungan tidak sehat memang menjadi penyebab utama munculnya penyakit TB, misalnya saluran air tidak lancar, banyak sarang nyamuk, limbah, dan sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Ia menjelaskan ciri-ciri orang yang menderita TB, antara lain batuk selama setengah bulan tidak kunjung sembuh, pada malam hari berkeringat meski tidak beraktivitas, dan berat badan terus menurun.
"Biasanya, semangat dan produktivitas kerja penderita akan menurun sehingga hasil kerja dan pendapatan akan menurun. Namun, perlu diingat dampak penyakit menular ini bisa mematikan," katanya.