REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pakar ilmu hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Prof Abdul Fatah Idris menegaskan paham Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) tak sesuai ajaran Islam. ISIS, kata dia, tak mengilhami ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
"Islam itu mengajarkan rahmatan lil alamin. Islam mengajarkan kasih sayang terhadap sesama manusia," katanya usai dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Selasa (24/3).
Ia menjelaskan, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian, termasuk mengedepankan rasa saling menghormati antarsesama manusia. Sehingga, kata dia, tidak semestinya kekerasan justru dikedepankan.
"Kepada orang luar, kafir, orang yang tidak beragama Islam saja, kita oleh Islam disuruh untuk menghormati sebagai sesama manusia. Tidak boleh saling membunuh, merampas harta yang bukan haknya," katanya.
Sebenarnya, kata dia, fenomena munculnya paham-paham dalam Islam yang justru tidak sesuai dengan ajaran Islam sudah ada sejak zaman sahabat Nabi Muhammad SAW, seperti kelompok Khawarij dan Mu'tazilah.
"Khawarij itu dikenal sebagai kelompok yang suka menyalahkan, menggunakan kekerasan, membunuh, dan sebagainya terhadap orang yang ada di luar paham mereka. Itu juga jelas bertentangan dengan Islam," katanya.
Artinya, kata dia, kecenderungan munculnya paham-paham semacam itu sudah ada sejak zaman dahulu dikarenakan adanya kekeliruan dalam memahami apa yang diajarkan Islam dalam Alquran dan hadis.
Untuk mencegah paham-paham keliru semacam ISIS itu masuk ke Indonesia, kata Fatah, sebenarnya menjadi tugas dari semua kalangan, mulai pemerintah, cendekiawan, agamawan, hingga masyarakat.
"Di masyarakat kan ada kelompok-kelompok pengajian. Itu bisa dioptimalkan untuk menangkal paham-paham semacam itu dengan memberikan pemahaman yang benar mengenai Islam kepada masyarakat," katanya.