REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menurut Penulis JM Berger dan Ilmuan data Jonathon Morgan Rabu (25/3), sesuai dengan data Intelejen Ushahidi, Twitter telah mengambil tindakan-tindakan untuk membendung gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam merekrut simpatisan dan mencari donatur lewat media sosial.
Menurut DefenseOne, para peneliti mengatakan sekitar 18 ribu akun yang membela ISIS telah ditutup oleh perusahaan twitter.
Sedangkan menurut The New York Times, ada 70 ribu sampai dengan 90 ribu akun twitter yang dimiliki oleh ISIS. Para pendukung ISIS di twitter lebih aktif daripada pengguna twitter rata-rata. Para pendukung ISIS melakuan propaganda di dunia maya.
75 persen pendukung ISIS mentwit dengan bahasa Arab dan hanya 20 persen memilih menggunakan bahasa Inggris. Direktur SITE Intelligence Group, Rita Katz mengatakan, Protokol Departemen Luar Negeri Amerika Serikat malu karena ISIS telah menggunakan sosial media untuk mendukung gerakanya.