REPUBLIKA.CO.ID, TIKRIT -- Amerika Serikat akhirnya mengabulkan permintaan Irak, untuk melakukan serangan udara ke target-target kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Tikrit.
Serangan udara pesawat koalisi pimpinan AS pada Rabu (25/3) kemarin, menandai ekspansi signifikan atas peran AS di Irak. Pesawat-pesawat tempur AS dan pesawat milik koalisi meluncurkan serangan pertama ke sasaran-sasaran ISIS di Tikrit.
Keputusan AS memberikan dukungan pada tentara Irak dilakukan di tengah keraguan, mengingat pasukan Irak juga didukung milisi Syiah. Seorang pejabat pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan pesawat tempur koalisi pimpinan AS telah menyasar belasan target ISIS di Tikrit. Namun ia menekankan, bahwa Washington sama sekali tak akan berkoordinasi dengan milisi Syiah yang didukung Iran.
Dalam bahasa yang tampaknya sengaja menghilangkan peran milisi Syiah, Komandan kampanye pimpinan AS Letnan Jenderal James L. Terry mengatakan serangan dimaksudkan untuk mendorong pasukan Irak di bawah komando Irak melakukan manuver dalam mengalahkan ISIS. Dalam pernyataannya, Tery juga mengatakan serangan udara AS ditujukan untuk mengembalikan energi Irak dalam merebut kembali Tikrit.
"Serangan dimaksudkan untuk menghancurkan markas ISIS dengan presisi, agar menyelamatkan nyawa warga Irak yang tak berdosa dan meminimalkan kerusakan infrastruktur sipil yang tak diinginkan," kata Terry dilansir AP.
Sementara itu Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan, pasukan Irak akan menang dengan dukungan negara-negara sahabat dan koalisi internasional. Dukungan menurutnya termasuk dalam hal persenjataan, pelatihan dan dukungan serangan udara.
Dalam pidato kebangsaannya pada Rabu malam, Abadi memprediksi serangan untuk merebut kembali kota kelahiran Saddam Hussein akan berhasil. Tapi dalam pidatonya tersebut Abadi tak menyinggung secara langsung mengenai serangan udara koalisi pimpinan AS.
"Kami telah memulai babak akhir dari operasi di Tikrit, kalian akan membebaskan tanah, bukan orang lain selain kalian," kata Abadi.
Abadi juga memuji semua kelompok yang terlibat dalam pertempuran melawan ISIS di Tikrit, termasuk milisi Syiah. Ia juga mengatakan tak melupakan peran suku-suku Sunni dan pasukan koalisi.
Menurut keterangan para pejabat militer Irak di lapangan, saat pesawat koalisi melakukan serangan di udara tentara Irak juga meneruskan serangan mereka. Pasukan Irak dilaporkan kembali menembaki militan, setelah serangan sempat terhenti selama hampir dua pekan.
"Operasi militer di Tikrit mulai pada pukul 21.00 waktu setempat, menghantam markas ISIS dengan artileri, mortir dan roket Katyusha," kata anggota dewan provinsi Hadi al-KHazraji.
Lebih dari 20 ribu tentara dan kelompok-kelompok paramiliter Syiah telah mengambil bagian dalam serangan ofensif. Militer Irak telah melobi bantuan serangan udara koalisi pimpinan AS, sementara paramiliter Syiah menentang hal itu.
Salah satu pemimpin milisi Syiah Hadi al-Amiri mengatakan, selama tiga pekan serangan pasukannya telah membuat kemajuan. Mereka berhasil melakukan serangan tanpa bergantung pada kekuatan udara AS.
"Jika kami membutuhkan mereka (koalisi pimpinan AS) kami akan memberitahu mereka, tapi kami tak perlu. Kami memiliki pesawat pengintai di atas kepala kami itu cukup," kata al-Amiri.
Tikrit dikuasai ISIS pada hari-hari pertama mereka memasuki kawasan utara Irak pada Juni. Jika Tikrit berhasil direbut kembali, maka akan menjadi momentum penting bagi Baghdad untuk merebut kota lain seperti Mosul.