REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Hampir 10 tahun, warga Desa Kenten Laut mengerjakan kerajinan atap daun. Tidak hanya bertempat di suatu tempat khusus yang dikerjakan secara berkelompok, tetapi kerajinan atap daun juga banyak juga dikerjakan di rumah masing-masing.
Melihat kesibukan warga Desa Kenten Laut sibuk merajut dedaunan nipah menjadi atap, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar menilai kerajinan lokal seperti itu bisa dipertahankan dan dikembangkan melalui BUMDes.
"Wah, ini harus diberdayakan agar usaha ini lebih menambah ekonomi masyarakat. Tradisi yang harus bertahan," ujar Marwan saat berkunjung ke Desa Kenten Laut, Kecamatan Karang Kelapa, Banyuasi, Sumatra Selatan, Ahad (29/3). "BUMDes bisa jadi solusinya. Karena nanti ada dana desa, dan usaha atap daun ini jadi program kerja desa."
Atap daun buatan warga Kenten Laut tersebut, setiap harinya bisa memproduksi 80 sampai 100 lembar. Harga per lembarnya Rp 1.200. Bahan daunnya dikirim dari daerah Tajung dengan nilai Rp 5 ribu per ikat. "Saya sudah melihat langsung kondisi masyarakat kerajinan atap. Jika ada kesempatan saat kunjungan lagi, Saya akan silaturahim lagi. Apalagi dekat dengan Kota Palembang," ujar politikus PKB tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Marwan juga meminta kepada ibu-ibu untuk mengajari merajut daun nipah untuk menjadi atap daun. Menurut dia, walaupun kerajinan daun nipah masih berskala kecil, pemerintah mengaku akan turut serta mengembankan dan menjadi tradisi yang ada.
"Ajarin saya membuatnya bu. Saya harus banyak belajar tradisi masyarakat. Mau merasakan langsung. Karena sebagai menteri desa, saya akan lebih banyak berada di desa-desa melihat langsung kreativitas masyarakat," ujarnya.