REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, proses distribusi traktor untuk petani bukanlah hal seremonial melainkan upaya nyata yang diupayakan tepat sasaran. Seharusnya tidak ada kata "penarikan" untuk traktor setelah disampaikan secara simbolis di depan media massa.
Justru yang ada pendistribusian ke daerah yang sudah siap secara data. "Tolong kurangi komentar-komentar yang tidak bermanfaat, kita ini sedang menyongsong MEA, masalah pangan harus dihadapi bersama-sama," katanya di sela-sela pengantar Rakornas Upsus Swasembada Pangan pada Senin (30/3).
Format penyaluran berikut jumlah traktor yang disampaikan ke daerah seperti Ngawi, Subang dan lainnya, kata dia, tidak mengalami perubahan. Namun traktor yang ada tidak terpaku untuk satu daerah saja, melainkan dibagikan merata sesuai kebutuhan.
Sampai saat ini, dari rencana pembagian traktor sebanyak 60 ribu ke seluruh Indonesia, sudah 50 persennya terbagikan hingga hari ini dan siap digunakan oleh petani. Ia pun berterima kasih kepada jajaran TNI yang membantu pengawasan dan distribusi agar betul-betul tepat sasaran.
Ia mencontohkan tentang kejadian ratusan traktor untuk petani Ponorogo, Jawa Timur yang dikabarkan ditarik kembali. Dijelaskannya, bahasanya bukan ditarik melainkan didistribusikan ke seluruh Jatim. Sebab penyerahan traktor tidak dilakukan di satu titik. "Petani kan tersebar di mana-mana," tuturnya.
Menyoal penyalura traktor yang mundur waktunya, Amran menyebut prosea administrasi di kabupatenlah yang menjadi penyebab. Sebab traktor berasal dari uang negara, pencatatan keuangannya pun harus jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan ke depannya.