REPUBLIKA.CO.ID, CILILIN -- Para pengungsi korban longsor di Kampung Cinangsi, Cililin, Bandung Barat, diminta untuk tidak pulang ke rumahnya. Sebab, lokasi tempat tinggal warga kampung tersebut masih belum aman.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung Barat Maman Sunjaya menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menggandeng Badan Geologi untuk membantu memantau kondisi pergerakan tanah di Cililin. Ini dilakukan untuk memastikan keamanan lokasi tempat tinggal warga tersebut.
"Ya kami tidak mau berspekulasi, apakah warga sudah boleh pulang atau memang perlu relokasi ke tempat yang lebih aman," tutur Maman, yang juga merangkap sebagai Kepala BPBD Bandung Barat ini, Rabu (8/4).
Jika Badan Geologi menyatakan kampung Cinangsi itu tidak aman untuk dijadikan pemukiman, jelas Maman, maka pihak Pemkab Bandung Barat bakal mencari lokasi lain yang lebih aman sebagai tempat pemukiman.
"Kalau misalnya begitu, kami perlu mencari lahan alternatif untuk pemukiman mereka (warga)," kata dia. Maman juga menambahkan, kondisi curah hujan berdasarkan pantauan BMKG juga menjadi patokan bagi Pemkab Bandung Barat.
Kata dia, Pemkab Bandung Barat juga bakal menggunakan anggaran yang dialokasikan dalam Biaya Tak Terduga, selama masa tanggap darurat bencana di Bandung Barat.
Pencairan pos anggaran tersebut bisa dilakukan selama masa tanggap darurat bencana yang sampai 21 hari ke depan ini. Total dananya sebesar Rp 7 miliar. "Selama masa tanggap darurat, anggaran ini (BTT) bisa dicairkan, bupati pun sudah tanda tangan," ujar dia.
Para pengungsi kini menempati aula sekolah Madrasa Arrahman. Keperluan logistik, obat-obatan untuk mereka terbilang aman karena karena sudah ditanggung oleh pemerintah kabupaten. "Aman sampai seminggu ke depan. Ada cadangan beras sampai 1000 ton yang tersimpan di Bulog," ungkap Maman.