REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Alqaeda Yaman memberikan bantuan makanan dan mengamankan 89 warga negara Indonesia (WNI) yang masih berada di tengah konflik di Aden, Yaman. Mereka terjebak dalam peperangan antara militan Houthi melawan pasukan koalisi Liga Arab.
"Masyarakat Alqaeda Yaman yang mengamankan kami," kata salah satu mahasiswa Al Baihani Republik Yaman asal Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Asyam Hafizh (21 tahun) melalui saluran telepon kepada keluarganya, Kamis (9/4).
Hari ini, Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Irwan Prayitno mengunjungi rumah keluarga Hafizh untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan kondisi 25 warga Sumbar yang masih di Aden, Yaman. Melalui sambungan telepon kepada Hafizh, ia menyatakan tengah memperjuangkan nasip 25 mahasiswa asal Sumbar di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Hafizh menjelaskan, pada Rabu (8/4) kembali terjadi gencatan senjata sampai masuk waktu sholat Ashar (waktu Yaman). Serangan dilakukan oleh orang-orang Syah. Sementara di sekitarnya, adalah kumpulan masyarakat Sunni.
Pada Kamis, terjadi ledakan bom yang berjarak 200 meter dari asramanya Arbithah Attarbiyyah Al Islamiyyah Wamarookizuhaa Atta'limiyyah. "Ada empat orang warga Tanah Datar yang sakit akibat fisik lemah dan ketakutan. Tak ada dokter jadi kami pijit," tuturnya.
Selain itu, kata Hafisz, dua hari yang lalu, ia bersama 89 WNI lainnya sudah sampai ke pelabuhan untuk meninggalka Aden, Yaman. Sayangnya, akibat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berlayar, maka Hafizh dan yang lainnya terpaksa kembali ke asrama.
Saat terjadi gencatan senjata, dikatakan Hafizh, para WNI berlindung di masjid yang berada di lantai dasar asramanya. "(Di asrama ada) warga negara Malaysia, Thailand, Saudi dan Indonesia, seluruhnya mau pulang," jelas dia.