REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Aktivis lingkungan hidup dan mahasiswa di Kota Bengkulu menyerukan penyelamatan Pulau Tikus dari berbagai bentuk eksploitasi, sekaligus melakukan transplantasi atau pencangkokan terumbu karang, terkait peringatan Hari Bumi 2015.
"Kami dari berbagai lembaga mendeklarasikan penyelamatan Pulau Tikus dan mendesak semua pihak menghentikan semua bentuk ekploitasi di laut Bengkulu," kata Koordinator Forum Pemuda Peduli Bengkulu, Fery Vandalis saat peringatan Hari Bumi di Pulau Tikus, Bengkulu, Rabu (22/4).
Ia mengatakan, kegiatan yang tidak ramah lingkungan terutama dalam mengambil hasil laut membuat kerusakan terumbu karang semakin mengkhawatirkan.
Pemakaian alat tangkap ikan yang merusak ekosistem laut menurut Fery harus dihentikan. "Karena terumbu karang, terutama yang ada di perairan Pulau Tikus menjadi benteng pertahanan dari ancaman bencana tsunami," ucapnya.
Aksi transplantasi terumbu karang di perairan Pulau tikus itu melibatkan komunitas penyelam Bengkulu yang bergabung dalam "Rafflesia Bengkulu Diving Club" atau RBDC.
Koordinator RBDC Edy Saputra mengatakan berdasarkan penelitian pada 2013, kerusakan terumbu karang Pulau Tikus mencapai 40 persen.
"Terumbu karang butuh waktu bertahun-tahun untuk tumbuh baik, pertumbuhan hanya satu centimeter per tahun," kata dia.
Selain kerusakan terumbu karang, abrasi atau penyempitan daratan juga menjadi ancaman Pulau Tikus. Luas daratan dari dua hektare terus menyusut hingga saat ini hanya 0,8 hektare.