REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Abrasi atau pengikisan daratan Pulau Tikus mencapai satu meter per tahun. Alhasil, abrasi tersebut mengancam kelestarian pulau tak berpenghuni itu.
"Abrasi semakin parah, terutama bagian Timur pulau, mencapai satu meter per tahun," kata petugas suar Pulau Tikus, Bengkulu, Kusnadi di Pulau Tikus, Rabu (22/4).
Saat transplantasi karang untuk memperingati Hari Bumi yang digelar Forum Pemuda Peduli Bengkulu di Pulau Tikus, Kusnadi mengatakan abrasi parah biasanya terjadi sekitar Mei. Abrasi, kata dia mengakibatkan luas daratan pulau terus menyusut, dari dua hektare menjadi 0,8 hektare. "Kalau abrasi terus terjadi, pulau ini bisa hilang," ucapnya.
Kusnadi mengatakan berbagai pihak kerap melakukan penghijauan di pulau yang ditopang karang seluas 200 hektare itu. Sayangnya, tumbuhan itu tidak mampu selamat dari terjangan abrasi.
Koordinator Forum Pemuda Peduli Bengkulu Fery Vandalis berpendapat, kerusakan terumbu karang turut memperparah abrasi pulau tersebut. "Karena salah satu fungsi terumbu karang adalah menahan abrasi," kata dia.
Untuk merehabilitasi terumbu karang di perairan Pulau Tikus, dilakukan upaya transplantasi atau pencangkokan terumbu karang. Upaya rehabilitasi tesebut menurut Fery tidak akan memberi dampak positif bila tidak ada niat baik semua pihak untuk menjaga kelestarian terumbu karang yang tersisa.
"Padahal gugusan karang pulau ini menjadi benteng pertahanan dari bencana tsunami," katanya.
Selain itu, Pulau Tikus juga menjadi tempat perlindungan bagi nelayan saat cuaca buruk. Pulau Tikus merupakan pulau terdekat dari Kota Bengkulu sejauh tujuh mil yang dapat ditempuh selama 60 menit menggunakan perahu nelayan.