REPUBLIKA.CO.ID, ADIS ABABA -- Lebih dari 100 ribu orang Ethiopia pada Rabu (22/4) memprotes keras aksi pembunuhan warga Kristen Ethiopia di Libya oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka menyebut aksi tersebut sebagai kegagalan pemerintah karena membuat banyak warga Ethiopia bermigrasi ke daerah berbahaya.
Dilansir The Associated Press, demonstrasi yang didukung pemerintah di Meskel Squeare Addis Ababa berubah menjadi aksi kekerasan. Para pengunjuk rasa melemparkan batu hingga menyebabkan bentrok dengan polisi. Sedikitnya 100 orang ditangkap akibat bentrokan tersebut.
Para pengunjuk rasa mengatakan, mereka ingin balas dendam atas kematian warga mereka. Para korban yang dipenggal ISIS secara luas ditangkap di Libya saat mencoba mencapai Eropa.
Ahaza Kassaye, ibu dari salah satu korban mengatakan, jumlah demonstran sangat besar. Namun, ia menyatakan kegembiraannya melihat banyaknya partisipan dalam aksi menentang pembunuhan oleh ISIS tersebut.
"Saya senang sekarang. Sangat senang. Saya berduka kemarin karena kematian anak saya bersama anggota keluarga dan tetangga. Saya tak pernah berharap hal ini terjadi," katanya.
Tapi Ahaza harus mencari perlindungan saat protes berubah jadi kekerasan. Ia mengatakan, hanya berharap pemerintah bereaksi terhadap pembunuhan dengan menutup semua penyeberangan ilegal di perbatasan. Ahaza juga menyerukan ditangkapnya pelaku penyelundupan manusia.
Para pengunjuk rasa juga menyalahkan pemerintah karena dianggap gagal meningkatkan standar hidup warganya yang miskin. Menurut mereka, kemiskinan itulah yang memicu arus migrasi ke daerah berbahaya.
Perdana Menteri Ethiopia, Hailemariam Desalegn mengatakan, bukan kemiskinan yang jadi akar penyebab migrasi. Tapi menurut Desalegn penyelundupan manusia yang mendorong masyarakat melakukan perjalanan maut.
Anggota parlemen Ethiopia berdebat mengenai respon yang harus dilakukan atas insiden pembunuhan oleh ISIS tersebut. Namun, masih belum jelas apakah aksi militer akan menjadi pilihan. Pemerintah telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional atas insiden tersebut.